counter hit make

Alami bullying dan pelecehan seksual, psikis MS pegawai KPI kena dampak parah

Ilustrasi bullying di tempat kerja. Foto: Independent

Baru-baru ini beredar sebuah surat terbuka yang diduga ditulis oleh pegawai kontrak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat berinisial MS, yang mengaku mengalami perundungan dan pelecehan seksual di tempat kerjanya selama bertahun-tahun. MS sendiri mengaku sudah tak kuat mendapat bully dari sejumlah rekan kerjanya di KPI Pusat.

Pelecehan seksual beramai-ramai di KPI Pusat, pelaku-korban sama-sama pria. Tolong Pak Jokowi saya tak kuat dirundung dan dilecehkan di KPI, saya trauma buah zakar dicoret spidol oleh mereka,” tulis MS dikutip Kamis 2 September 2021.

Dalam surat tersebut, MS mengaku telah menerima perlakuan tidak menyenangkan dari teman-teman kantornya mulai dari diperbudak, dirundung secara verbal maupun non verbal, bahkan ditelanjangi.

Sejak awal kerja di KPI Pusat pada 2011, sudah tak terhitung berapa kali mereka melecehkan, memukul, memaki dan merundung saya tanpa bisa saya lawan,” kata MS.

Ilustrasi pelecehan seksual.
Ilustrasi pelecehan seksual. Foto: BBC

Bahkan, MS mengaku pernah mendapat tindakan pelecehan seksual di mana kemaluannya dicoret dengan spidol. Rekan kerjanya juga pernah mendokumentasikan kemaluan MS.

Tahun 2015, mereka beramai-ramai memegangi kepala, tangan, kaki, menelanjangi, memiting, melecehkan saya dengan MENCORAT CORET BUAH ZAKAR SAYA MEMAKAI SPIDOL. Bahkan mereka mendokumentasikan kelamin saya dan membuat saya tak berdaya melawan mereka setelah tragedi itu. Semoga foto telanjang saya tidak tersebar dan diperjualbelikan di situs online.”

MS menuturkan, di tahun 2017 dia juga pernah mendapat perundungan dengan diceburkan ke dalam kolam renang pukul 01.30 WIB tengah malam. Usai diceburkan, dia pun ditertawai oleh rekan-rekannya itu.

Dampak parah ke psikis MS pegawai KPI

Perundungan dan pelecehan seksual yang dialami MS selama bertahun-tahun itu berdampak parah pada psikisnya. Ia mengalami berbagai hal tidak nyaman karena perundungan itu. Dia mengalami stres dan trauma berkepanjangan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupannya.

Pelecehan seksual dan perundungan tersebut mengubah pola mental, menjadikan saya stres dan merasa hina, saya trauma berat, tapi mau tak mau harus bertahan demi mencari nafkah,” tulisnya.

Kadang di tengah malam, saya teriak-teriak sendiri seperti orang gila. Penelanjangan dan pelecehan itu begitu membekas, diriku tak sama lagi usai kejadian itu, rasanya saya tidak ada harganya lagi sebagai manusia, sebagai pria, sebagai suami, sebagai kepala rumah tangga. Mereka berhasil meruntuhkan kepercayaan diri saya sebagai manusia,” lanjut MS.

Perundungan yang menyebabkan stres dan frustrasi itu membuat MS jadi sering jatuh sakit. Dia menuturkan, keluarganya bersedih lantaran dia sering menggebrak meja tanpa alasan dan berteriak tanpa sebab. Emosi yang tidak stabil kemudian menyebabkan MS merasakan sakit pada bagian perutnya. Dia mengalami penurunan fungsi tubuh dan gangguan kesehatan.

8 Juli 2017, saya ke Rumah Sakit PELNI untuk Endoskopi. Hasilnya: Saya mengalami Hipersekresi Cairan Lambung akibat trauma dan stres,” tutur MS.

Ilustrasi bullying di tempat kerja. Foto: The Irish Times
Ilustrasi bullying di tempat kerja. Foto: The Irish Times

MS juga divonis mengalami Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) oleh psikolog di Puskesmas Taman Sari karena trauma dan frustrasi. Akibat tidak kuat menahan perundungan dan makian, MS mengatakan dia sering menyendiri di musala hanya untuk menangis. Dia juga mengatakan, kadang pulang ke rumah lebih cepat demi menghindari bully dari rekan kantornya.

Karena saya sering menyendiri ke musala, para pelaku memfitnah saya meninggalkan pekerjaan, padahal saya trauma oleh kebejatan mereka dan tugas kantor selalu saya selesaikan dengan baik.”

MS sendiri sempat membuat laporan ke Polsek Gambir. Namun laporan tak digubris dan polisi menyarankan agar masalah tersebut diselesaikan secara internal KPI saja. Akhirnya, ia pun mengadu ke atasannya di KPI. Namun, itu hanya membuat perundungan lebih parah.

Dia dianggap lemah dan tukang ngadu. Meski sudah mengadu ke atasannya, MS mengatakan dia hanya dipindahkan saja ke ruangan lain, sementara para pelaku tidak ada yang disanksi.

Mendapat perundungan dan pelecehan seksual, MS tetap bertahan bekerja di KPI Pusat selama bertahun-tahun. Itu semua dilakukan demi menghidupi keluarganya. “Saya bertahan di KPI demi gaji untuk istri, ibu dan anak saya tercinta,” kata MS.

Dia juga enggan keluar dari KPI, karena merasa sebagai korban. “Bukankah harusnya para pelaku yang disanksi atau dipecat sebagai tanggung jawab atas perilakunya?”

Artikel dari Hops.ID