Warta Mataram – Guncangan dahsyat gempa bumi dengan kekuatan Magnitudo 6,8 mengguncang Maroko pada Jumat (8/9) malam waktu setempat, menggetarkan kedamaian kota-kota di sekitarnya. Pusat gempa terdeteksi berada di kedalaman 18,5 kilometer, terletak sekitar 71 kilometer timur laut dari Marrakesh, salah satu kota terpadat di negara itu.
Kondisi mencekam tergambar dari video amatir yang beredar, memperlihatkan orang-orang panik berlarian mencari tempat perlindungan ketika gempa melanda. Di tengah reruntuhan bangunan yang ambruk, mereka berusaha keras untuk menghindari bahaya yang mengintai.
Dalam laporan dari Reuters, Kementerian Dalam Negeri Maroko menyebutkan bahwa dampak gempa ini sangat memilukan. Sebanyak 1.037 jiwa dinyatakan tewas, sedangkan 672 orang lainnya mengalami luka-luka serius. Bencana ini tak hanya merusak bangunan modern, tetapi juga menyentuh bangunan bersejarah di Marrakesh, kota terdekat dengan pusat gempa. Namun, daerah pegunungan di sekitarnya menjadi yang paling parah terdampak.
Seiring dengan bertambahnya jumlah korban, orang-orang yang terluka dari daerah sekitar bergerak menuju Marrakesh untuk mencari pertolongan medis. Di jantung kota tua, yang merupakan situs Warisan Dunia UNESCO, menara sebuah masjid roboh di Jemaa al-Fna Square.
Desa Amizmiz, yang terletak dekat dengan pusat gempa, menjadi saksi dari upaya penyelamatan yang dilakukan dengan segala daya. Petugas penyelamat menggali puing-puing dengan tangan kosong. Di tengah reruntuhan rumah di Amizmiz, puluhan pria termasuk petugas pemadam kebakaran dan tentara berjuang untuk membersihkan puing-puing. Mereka berusaha mengeluarkan serpihan karpet dan potongan furnitur yang terjebak di celah-celah lantai beton.
Kejadian ini membangkitkan ingatan akan gempa dahsyat di tahun 1960 yang diperkirakan merenggut nyawa sedikitnya 12 ribu orang, menurut Survei Geologi Amerika Serikat. Dengan kedalaman mencapai 18,5 kilometer, gempa ini dianggap sebagai salah satu yang paling dahsyat dalam sejarah wilayah tersebut. Negara-negara tetangga, seperti Turki yang pernah mengalami gempa besar pada bulan Februari yang menelan korban lebih dari 50 ribu orang, menyatakan kesiapannya untuk memberikan dukungan. Aljazair, meskipun memiliki ketegangan dengan Maroko, berjanji membuka wilayah udaranya untuk penerbangan kemanusiaan dan bantuan medis.