counter hit make

Umur TPA Kebon Kongok Dua Tahun Lagi, Mataram Siapkan Alternatif

MATARAM-Alternatif penanganan sampah di Kota Mataram menggunakan teknologi biodigester diyakini akan efektif. Menyusul ini menjadi teknologi yang tidak hanya mengurangi volume sampah, tetapi mengubahnya menjadi energi.

“Upaya ini selaras dengan semangat pemerintah provinsi yang mengubah sampah plastik menjadi solar. Bagian dari semangat zero waste itu,” ungkap Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana kepada Lombok Post, Rabu (2/6) lalu usai menghadiri rapat paripurna dengan DPRD Kota Mataram.

Pemerintah Kota Mataram bersama kabupaten kota lain berupaya mengurai sampah organik yang jumlahnya mencapai ratusan ton per hari. Kemudian sampah plastik nanti dikelola menjadi sumber energi oleh alat yang telah disiapkan Pemerintah Provinsi NTB. Sementara sampah organik akan dikelola masing-masing kabupaten kota.

Dengan demikian satu per satu solusi persoalan sampah bisa dihadirkan. Meski tidak bisa langsung menuntaskan persoalan sampah minimal bisa mengurangi.  “Komitmen kami di Kota Mataram untuk menangani sampah membuat kami dipilih menjadi salah satu dari empat kota yang mendapat hibah biodigester bersama Bandar Lampung, Ternate, Samarinda dan Mataram,” jelas Mohan.

Bantuan ini berasal dari ASPAC yang merupakan Serikat Perkotaan sna Pemerintah Kawasan Asia Pasific. Dari kesepakatan kota anggotanya dihasilkan bentuk alat teknologi pengelolaan sampah dengan biodigester.

“Kami sudah siapkan lahannya sehingga Mataram dipilih menjadi pilot project. Teknologi ini sudah dilaksanakan di Malang dan Jambi,” jelasnya.

Sementara Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram Irwansyah mengatakan pihaknya tengah menyiapkan beberapa langkah penanganan sampah. Tidak hanya menggunakan teknologi biodigester, tetapi juga Black Soldier Fly (BSF).

“Biodigester adalah salah satunya. Kami juga sudah mengujicobakan BSF di Kelurahan Mataram Timur,” jelasnya.

Berbagai upaya alternatif penanganan sampah ini terus dilakukan Dinas Lingkungan Hidup menyusul koordinasi dengan pemerintah provinsi TPA Kebon Kongok bakal segera ditutup. Menyusul volume sampah yang ada di sana sudah menggunung.

“Komunikasi kami dengan Provinsi TPA Kebon Kongok itu bisa beroperasi tinggal dua tahun. Kemudian ada rencana pindah ke Sekotong,” jelasnya.

Jika dipindah ke Sekotong, tentu operasional biaya pengangkutan dan yang lainnya akan bertambah. Belum lagi berbagai polemik yang nanti akan muncul. Sehingga harus dimulai sejak saat ini dipikirkan bagaimana solusi penanganan sampah di Kota Mataram. Baik melalui pengelolana biodigester, BSF hingga daur ulang bekerja sama dengan bank sampah. (ton/r3)

 

Source: Lombok Post