counter hit make

Tantangan Era Industri 4.0 & Kepemimpinan Baru Kota Mataram

Tantangan yang harus dihadapi dan diantisipasi pemimpin kota ini pada era revolusi industri dunia keempat (Rev 4.0) ada pada banyak sektor. Mereka harus berkutat pada isu big data, smart city, virtual –augmented reality, artificial intelligence, cloud computing, 3D printing, advance robotic, profesi baru (game developer, animator, videographer).

Dalam sektor bisnis isunya bagaimana mengintegrasikan bisnis ke dalam teknologi dan menjaga ritme kerja yang sekarang serba-cepat. Dan semua tentunya diarahkan pada terwujudnya tatanan kehidupan kota yang lebih baik.

Tatanan kehidupan kota yang lebih baik itu adalah kota yang bersahabat dengan orang-orang lemah dan terpinggirkan. Semua orang harus mendapatkan kesempatan yang sama. Dan sudah seharusnya tugas dan tanggung jawab pemimpin kota untuk membuat tanah tempat tinggal warganya menjadi lebih baik, khususnya di era disrupsi dan pengaruh perkembangan teknologi pada zaman revolusi industri 4.0

Sosok Pemimpin Kota Era 4.0

Perkembangan industri 4.0 dan hadirnya pemimpin diterima millenial berjalan beriringan dan tidak terpisahkan. Milenial saat ini pegang peran kunci dalam perkembangan industri 4.0 ini. Banyak kejutan yang telah dilakukan para muda di era 4.0 dalam berbagai bidang pekerjaan. Mereka bertumbuh dengan inovasi dan akan berkembang dengan jaringan relasi yang baik.

Milenial yang berdaya, berkarya, dan bermakna dengan karakter kebaruan yang sejalan dengan pesatnya teknologi. Kemampuan membangun dan menunjukkan jati diri melalui media sosial menjadi penting di era ini.

Pemimpin kota di era ini mesti fokus pada pendekatan “people oriented” dengan komunikasi dua arah (feedback), fleksibilitas, nilai, dan etika. Mereka terbuka terhadap kritik yang membangun dan kemajuan “improvement”, tanpa mempermasalahkan perbedaan dalam “tribe” di tempat kerjanya.

Selain mahir dalam penggunaan teknologi, pemimpin milenial 4.0 harus mengedepankan prinsip kerja dan nilai kerja sama, kolaborasi, fleksibilitas, kerendah-hatian (humility), keterbukaan, dan terbukanya kesempatan untuk belajar serta berkembang.

Kota Mataram akan membutuhkan “high tech millennial” atau anak muda multitalenta dengan kemampuan teknologi supercanggih dalam jumlah sangat besar. Mereka ada yang ahli di bidang programming, web designing, technical –network engineering, government digital service, dan profesi masa depan lainnya.

Ketika semakin banyak talenta keren, maka di saat yang bersamaan tugas pemimpin di era 4.0 harus berperan sebagai human accelerator dan personal developer bagi sesama. Bentuk hierarki dan struktur organisasi akan bergeser lebih proaktif konstruktif.

Melalui efisiensi, organisasi dengan sendirinya menyesuaikan lanskap, jenis pekerjaan dan juga kebiasaan kerja milenial. Pemimpin milenial membangun perusahaan dimulai dengan hal yang disukainya (passion) dan terdapat misi sosial (social purpose) dalam pekerjaannya.

Gaya Kepemimpinan Kota Era 4.0

Standar kepemimpinan di lintas lini telah berubah seiring dengan perkembangan industri 4.0. Salah satu kemampuan utama pemimpin 4.0 perlu memahami bagaimana cara bereaksi sangat cepat (super fast response) terhadap berbagai hal dalam ruang kendalinya. Dari komunikasi teks 24/7 hingga kemampuan komunikasi publik dalam ranah online ataupun offline.

Dalam tujuan, pemimpin 4.0 pun harus lebih berorientasi pada hasil (result-goal oriented), tidak selalu mengedepankan prosedur dalam pengambilan keputusan. Menjaga integritas menjadi kompetensi utama bagi pemimpin 4.0 karena segala sesuatu yang berkait dengan pekerjaan menjadi transparan.

Leader 4.0 harus mendengar, melihat, merasakan dan turun ke medan pekerjaan agar dapat mengambil keputusan dan melihat masalah dengan sebaik-baiknya. Keputusan yang dibuat pun harus dilakukan secara cepat dan juga tepat.

Kemampuan mengembangkan bakat dan talenta juga merupakan tugas utama pemimpin 4.0. Pergerakan dan pergeseran terjadi kian cepat sehingga pribadi yang tidak agile dan mampu beradaptasi dengan cepat dari pemikiran konvensional akan sirna.

Para muda dengan sederet prestasi dan kompetensi perlu diarahkan agar dapat melalui proses regenerasi dengan baik. Milenial yang dikenal cepat bosan dan mudah berpindah ke lain hati dapat diantisipasi dengan adanya program pengembangan talenta yang sistemik dan menjanjikan. Dengan begini, loyalitas dan solidaritas tim akan meningkat. Praktik kepemimpinan inklusif menjadi gaya kepemimpinan yang wajib dipraktikkan dalam keseharian para ‘millennial leaders’.

Belajar dari Obama, berhasil berperan sebagai “pembisik milenial’’ (millennials whisperer) karena dinilai mampu mengatasi berbagai masalah yang dihadapi oleh generasi muda di AS, salah satunya perihal toleransi. Hal ini membawa Obama memenangkan suara 77% dari suara pemuda Amerika Serikat.

Lain hal dengan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, yang menjadi idola milenial Kanada karena berhasil menginternalisasikan isu kesetaraan (equality) dan keberagaman (diversity) di kalangan anak-anak muda Kanada.

Menerima perbedaan, terkoneksi sepanjang waktu dengan banyak pihak, mahir mengakomodasi perspektif, mengedepankan kolaborasi lintas lini, hingga meredam ego pekerja milenial yang saat ini mendominasi berbagai sektor lapangan pekerjaan. Belum lagi dengan hadirnya empat generasi dalam satu lingkungan kerja (boomers, x, millennials, z), pemimpin 4.0 harus adaptif menghadapi berbagai perbedaan dalam sistem operasional kerjanya.

Perbedaan nilai, cara pandang, kesenjangan budaya dan cara komunikasi jangan dianggap sebagai suatu hambatan, namun dijadikan tantangan yang harus diatasi dengan elegan. Karenanya, pemimpin 4.0 harus menjalankan kepemimpinan yang mengedepankan pendekatan manusia, human-based approach. Sudah seharusnya pemimpin muda 4.0 mampu memanusiakan rekan kerja dengan empati dan mengedepankan budaya apresiatif dalam lingkungan kerjanya.

Solusi Terbaik

Salah satu cara terbaik memperbaiki kualitas generasi, khususnya ‘milenial’, yaitu mereformasi kebijakan pendidikan. Karenanya, kualitas sistem pendidikan menjadi faktor penentu menguat atau melemahnya kualitas generasi mudanya di masa yang akan datang.

Hadirnya era 4.0 ini tidak hanya mengubah peta industri, namun juga pergeseran perspektif, profesi, cara komunikasi, pekerjaan, konsumsi, gaya hidup, dan bertransaksi. Pemimpin 4.0 dapat juga dikatakan sebagai digital leaders (pemimpin digital).

Salah satu ciri pemimpin digital ialah gaya pengambilan keputusan yang berdasarkan data, transparan dan realtime. Lebih sederhana, tidak bertele-tele dan tepat sasaran. Pemuda yang paling siap dan mampu memantaskan diri dengan percepatan dan perkembangan zamanlah yang akan bertahan. Apalagi tantangan lebih berat di masa depan.

Gaya kepemimpinan dan komunikasi sebenarnya dua kata kuncinya: partisipatif dan kolaboratif. Dua hal ini nantinya yang akan memenuhi ruang manajemen organisasi dan kepemimpinan 4.0 .

Dalam era yang serbacepat ini, pasti banyak masalah yang muncul sebelum kita menyelesaikan masalah lain sehingga menjadi kompleks. Karenanya, pemimpin 4.0 tidak bisa sendiri dan membutuhkan kolaborasi dari banyak pihak untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada.

Pemimpin zaman milenial ini perlu lebih banyak mengasah serta mempertajam kemampuan dalam hal mereduksi birokrasi, mengelola keberagaman, komunikasi dua arah, dan memfasilitasi kolaborasi antarpihak. Kemampuan yang dibutuhkan seorang pemimpin 4.0 akan tetap sama, tetapi akan ada perbedaan soal hard skill.

Tidak ada memang pemimpin yang sempurna. Ada yang paham soal konsep, namun tidak ahli dalam kajian teknis dan operasional. Hal tersebut lumrah, karenanya pemimpin 4.0 bisa mempercayakan dan mendelegasikan hal tersebut kepada anggota tim yang lebih ahli di bidang itu. Memberdayakan tim akan menjadi faktor yang signifikan dalam kesuksesan kepemimpinan 4.0.

Tugas kita harus peduli mendukung peran pemerintahan baru Kota Mataram di era digitalitasi dan otomasi ini berjalan on the right tracks. Sebagai pengawal regulasi dan program aksi untuk mempersiapkan generasi terbaik yang mengangkat derajat Kota ini lebih tinggi lagi.

Dan muara dari semua ikhtiar mengharumkan Kota ini dengan ide dan program cemerlang adalah terwujudnya kualitas terbaik bagi hidup seluruh warganya, yaitu makmur dan bahagia.

Oleh: Aldo el-Haz Kaffa
Pendiri ILF & Presiden PIB