counter hit make

Taiwan Tarik Indomie: Apakah ada Motif Lain selain Kesehatan?

Warta Mataram – Indomie, merek mi instan terkenal asal Indonesia, ditarik oleh Departemen Kesehatan Taiwan pada hari Senin (24/4/2023). Investigasi mengungkap bahwa mi instan tersebut mengandung etilen oksida, zat kimia yang digunakan dalam produksi etilen glikol yang dapat menyebabkan kegagalan ginjal akut pada anak-anak. Senyawa kimia ini juga umum digunakan dalam industri tekstil sebagai pelarut dan dalam deterjen. Penyerapan etilen oksida ke dalam tubuh dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh yang lemah dan kanker yang dapat menyebabkan kematian.

Menariknya, ini bukan kali pertama Taiwan menarik Indomie dari pasar. Pada tahun 2010, Taiwan melarang produk mi instan Indofood karena adanya zat berbahaya seperti metil phydroxybenzoate (E218) dan asam benzoat (nipagin/pengawet) yang ditemukan dalam saus dan bumbu kering. Konsumsi zat-zat ini dapat menyebabkan reaksi alergi dan kanker kronis.

Larangan tersebut menimbulkan kehebohan di Indonesia dan Taiwan karena Indomie adalah makanan populer di kedua negara. Taiwan pertama kali menyambut Indomie pada tahun 1995. Namun, Indofood membantah klaim pemerintah Taiwan dan meyakinkan bahwa mereka telah memenuhi Standar Pangan Internasional yang ditetapkan oleh CODEX Alimentarius Commission (CAC), sebuah organisasi yang didirikan oleh FAO dan WHO, dan bahwa tidak ada keluhan dari konsumen di negara lain.

Seiring berjalannya waktu, terungkap bahwa Taiwan memiliki standar kesehatan mereka sendiri, yang independen dari regulasi internasional. Oleh karena itu, ekspor Indomie dianggap “berbahaya” karena tidak memenuhi standar Taiwan. Taiwan sendiri bukan anggota forum CAC.

Fakta bahwa Taiwan memiliki standar kesehatan mereka sendiri memicu diskusi perdagangan di pasar mi instan di Taiwan. Pelarangan Indomie di Taiwan terjadi pada saat permintaan untuk mi instan meningkat, terutama di kalangan pekerja migran Indonesia. Studi “Motivasi Taiwan untuk Melarang Impor Indomie Indonesia pada 2010” (2015) oleh Afrizal dan Amalya Lovinna mengungkapkan bahwa Indomie adalah merek mi instan paling populer di Taiwan, dan harganya yang sangat murah membuatnya populer di kalangan penduduk lokal serta pekerja migran Indonesia.

Fakta bahwa Indomie mendominasi 50% pasar mi instan di Taiwan dan melampaui merek lokal menimbulkan kekhawatiran bagi pemerintah Taiwan. Oleh karena itu, studi tersebut merekomendasikan bahwa “intervensi pemerintah diperlukan untuk mengubah dan meningkatkan struktur pasar secara nyata, sehingga dunia bisnis menjadi lebih terbuka dan lebih banyak pelaku ekonomi domestik berpartisipasi.”

Secara keseluruhan, penarikan Indomie dari pasar Taiwan tidak hanya memiliki latar belakang terkait kesehatan tetapi juga mengindikasikan persaingan di pasar mie instan di Taiwan. Berita ini juga menjadi pengingat bahwa setiap negara memiliki standar dan regulasi yang berbeda, dan perusahaan internasional harus menghormati dan mematuhi mereka untuk menghindari pengembalian produk dan kerusakan reputasi. (*)