counter hit make

Sejarah Tentang Penyebaran Agama Islam di Bayan dan Pujut

Sasak Heritage – Sesuai dengan misi yang diemban dari Sunan Ratu Giri, maka setelah mengislamkan kerajaan-kerajaan lainnya di pulau Lombok, Sunan Prapen melanjutkan penyebaran Islam ke Sumbawa, Dompu, dan Bima. Sepeninggal Sunan Prapen, keadaan agama Islam di Lombok sangat menyedihkan karena kaum wanitanya menolak memeluk agama yang baru. Hal ini sangatlah beralasan karena masih kuatnya pengaruh agama sebelumnya dan juga adanya pengaruh kekuasaan Karangasem di Bali sebagai kerajaan yang kuat dan tangguh.

Akibat timbulnya permasalahan ini, Sunan Prapen kembali lagi dan mendarat di Lombok melalui Sugian untuk menyerang penduduk yang masih kafir. Dalam penyerangan ini, penduduk Lombok terpecah menjadi 3 bagian: Kelompok yang melarikan diri dan mengungsi ke gunung-gunung, lalu masuk hutan, mereka dikenal sebagai orang Boda; Kelompok yang takluk dan masuk Islam dikenal sebagai Wetu Lima; Kelompok yang takluk di bawah kekuasaan Sunan Prapen dikenal sebagai penganut Wetu Telu.

Rencana Sunan Prapen untuk mengislamkan pulau Bali terpaksa ditunda karena mendapat perlawanan dari Dewa Agung Gelgel, yaitu Dewa Agung Batu Renggong yang pada pertengahan abad ke-16 M berusaha membendung penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh orang-orang Jawa dari arah barat maupun orang-orang Makassar dari arah timur. Oleh sebab itu, pengaruh kerajaan Gelgel di bagian barat pulau Lombok lebih besar, sehingga Sunan Prapen mendarat di pantai timur (Labuan Lombok).

1. Penyebaran Islam di Bayan

Sekitar abad ke-16 M, penyebaran agama Islam juga masuk melalui pantai utara Bayan dan dari arah barat sekitar Tanjung. Pembawanya adalah seorang Syeikh dari Arab Saudi bernama Nurul Rasyid dengan gelar sufinya Gaoz Abdul Razak. Makamnya terletak di kampong Kuranji, sebuah desa pantai di barat daya Lombok. Gaoz Abdul Razak mendarat di Lombok bagian utara, di daerah Bayan. Ia pun menetap dan berdakwah di Kompleks Masjid Bayan Bsieq di sana. Beliau mengawini Denda Bulan yang melahirkan seorang anak bernama Zulkarnaen.

Keturunan inilah yang menjadi cikal bakal raja-raja Selaparang. Gaoz Abdul Razak mengawini lagi Denda Islamiyah yang melahirkan Denda Qomariah yang populer dengan sebutan Dewi Anjani. Sunan Pengging, pengikut Sunan Kalijaga datang ke Lombok pada tahun 1640 M untuk menyiarkan agama Islam (sufi). Ia kawin dengan putri dari kerajaan Parwa, sehingga menimbulkan kekecewaan raja Goa. Selanjutnya, raja Goa menduduki Lombok pada tahun 1640 M. Sunan Pengging yang dikenal sebagai Pangeran Mangkubumi lari ke Bayan. Salah satu bukti yang dapat dijadikan sebagai kajian tentang awal penyebaran agama Islam adalah masjid kuno Bayan Beleq.

2. Penyebaran Islam di Pujut

Salah satu bukti yang paling konkrit penyebaran Islam di daerah Pujut adalah masjid kuno Rembitan. Bangunan ini merupakan prototype masjid-masjid tua. Secara kronologis diperkirakan dibangun sekitar abad ke-16 M. Tokoh legendaris penyebar agama Islam di daerah ini adalah Wali Nyatok. Masjid di Rembitan sering dikaitkan dengan tokoh Wali Nyatok. Dalam tradisi lisan, Wali Nyatok dikenal sebagai penyebar agama Islam di Lombok bagian selatan dan sekitarnya. Nama lain Wali Nyatok adalah Sayid Ali atau Sayid Abdurrahman. Sayang sekali pada batu nisannya tidak ada inskripsi yang menyebut nama tokoh tersebut, meskipun dari segi tipologi nisan tersebut tergolong tua. Salah satu tokoh legendaris lainnya dalam penyebaran agama Islam adalah Pengeran Sangupati.

Beberapa pendapat tentang Pangeran Sangupati sebagai berikut:

  1. Pangeran Sangupati adalah putra Selaparang yang dianggap Waliyullah. Ia mengarang kitab Jatiswara, Prembonan, Lampanan Wayang, Tasawuf, dan Fiqh.
  2. Pengeran Sangupati berasal dari Jawa yang sengaja berkelana untuk menyebarkan agama Islam dan memiliki nama asli di Jawa: Aji Datu Semu, sedangkan di Sumbawa dikenal dengan nama Tuan Semeru.
  3. Pengeran Sangupati adalah tokoh yang menyebarkan agama Hindu di kalangan umat Islam karena Islam yang dianut oleh para penduduk masih sangat lemah, maka beliau menyebarkan agama Islam Wetu Telu, suatu bentuk peralihan dari agama Boda tua ke agama Waktu Lima dan dia dikenal dengan nama Pedanda Wau Rauh.

Sumber: Gumi Sasak dalam Sejarah