Wartamataram.com, Jakarta – Terkait realisasi investasi di beberapa Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI mencatat pada 2022 masih belum maksimal dari sisi investasi dan bahkan perlu perhatian khusus.
Inspektur Utama Kemenparekraf, Restog Krisna Kusuma, memaparkan bahwa saat ini baru KEK Mandalika yang dari sisi investasi dan operasional sudah maksimal, sedangkan KEK pariwisata lainnya masih memerlukan perhatian.
“Beberapa KEK sudah ada yang optimal salah satunya Mandalika dan beberapa masih belum optimal seperti Tanjung Kelayang dan Tanjung Lesung, dan KEK memerlukan perhatian khusus seperi Likupang, Morotai, dan Singasari. Ada KEK baru, KEK Lido, itu terlihat sudah mulai berjalan,” kata Restog dalam Jumpa Pers Akhir Tahun Kemenparekraf, pada Senin (26/12).
Restog menambahkan, bila menghitung secara agregat selama 2022, realisasi investasi di KEK Pariwisata telah mencapai Rp. 106 triliun dengan total serapan tenaga kerja sebanyak 47.760 orang.
Pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf, Vinsensius Jemadu, merinci realisasi investasi dari KEK pariwisata sepanjang 2022. Dia menyebut realisasi investasi di KEK Mandalika mencapai Rp. 1,018 triliun, Kek Lido Rp. 1,4 triliun, dan KEK Morotai baru mencapai Rp. 43 miliar.
“KEK Singasari Rp. 276,9 miliar, KEK Likupang baru Rp. 60 miliar, dan KEK Nongsa Rp. 1,8 triliun,” paparnya.
Bukan hanya fokus pada KEK pariwisata, Vinsen mengungkapkan hingga Oktober 2022, sejumlah investor dari dalam negeri maupun mancanegara telah menyampaikan rencana investasi di 5 (lima) Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) yang tidak hanya terkait dengan sektor pariwisata saja, tapi juga sektor pendukung lain seperti energi, teknologi informasi dan telekomunikasi, serta real estate.
Total nilai proyek eksisting mencapai Rp. 172,2 miliar (US$ 11,67 juta), sedangkan nilai komitmen yang sedang berjalan sebesar Rp. 1,552 triliun (US$ 106,24 juta) dan nilai minat investasi sejumlah Rp. 1,186 triliun (US$ 81,19 juta). (*)