Wartamataram.com, Mataram – Pentas musik bertajuk Ruang Karya kembali digelar oleh V3E Management di Taman Budaya Nusa Tenggara Barat, pada Minggu (18/12). Berbeda dengan gelaran pada sesi sebelumnya, Ruang Karya yang telah memasuki sesi ke-6 ini khusus menampilkan para pengkarya perempuan muda. Mereka adalah: Pamela Paganini, Sisasa, Pelvist, serta Biru Jingga. Keempat penampil merupakan pengkarya lagu yang telah berhasil menciptakan, merilis, dan mempublikasikan karya-karya lagunya secara meluas.
Melalui karya-karya serta konsistensi mereka di bidang musik itu pula mereka cukup dikenal, khususnya oleh masyarakat di Nusa Tenggara Barat. Tingkat popularitas para penampil di gelaran Ruang Karya tampak dari ramainya penonton yang hadir. Pihak penyelenggara yang tadinya hanya menargetkan puluhan penonton, mendapat kejutan setelah menghitung tiket seharaga Rp. 10.000 terjual mencapai angka ratusan penonton.
“Tadinya dengan konsep pentas yang sengaja dibuat sederhana dan intimate, bayangan kami yang datang tidak lebih dari 50 orang, ternyata tiket sudah habis lebih dari 100” ujar Vee Nhavan sebagai ketua pelaksana kegiatan.
Pentas dibuka oleh Yuga Anggana sebagai narator yang menyebutkan bahwasannya Ruang Karya rutin diadakan dengan harapan menjadi ajang pamer karya-karya lagu baru, orisinal dan segar. Mengingat ruang-ruang pentas yang khusus untuk mengkomunikasikan karya lagu orisinal di Pulau Lombok sangat terbatas, maka Ruang Karya menjadi salah satu bentuk kontribusi V3E Management bersama yang lain untuk mengadakan wadah bagi mereka yang memiliki karya-karya lagu orisinal. Selain narasi utama dari Yuga Anggana, beberapa penggiat, tokoh dan pelaku musik lainnya turut bersuara tentang Ruang Karya 6.
“Mengangkat perempuan dalam ruang pentas seni adalah sesuatu yang menarik. Ruang Karya 6 mengakomodir semangat musisi perempuan dalam pencapaian identitas musikal serta menampilkan citra visual di panggung” ungkap Gde Agus Mega Saputra, Akademisi sekaligus pelaku musik.
Tanggapan lain datang dari tokoh musik senior Ary Juliyant, ia mengatakan bahwa upaya untuk mengapresiasi dan mengargai semangat kekaryaan para pemusik perempuan di Nusa Tenggara Barat harus terus dilakukan meski dukungan dari masyarakat umum dan pemerintah masih terbatas.
“Tampaknya 2022-2023 ini adalah saatnya para figur musisi perempuan NTB untuk membuktikan kemampuannya menakar karya-karya-nya untuk duduk sama baiknya dengan karya para pelaku seni laki- laki. Ruang Karya 6 berhasil menjadi salah satu wadah untuk hal tersebut” kata Ary Juliyant.
Eksistensi pemusik perempuan di Nusa Tenggara Barat bisa dikatakan cukup masif. Hal itu ditandai dengan semakin banyak para pemusik perempuan yang muncul dengan ragam jenis karya lagu di atas panggung. Sebut saja Isvara, The Dare, Ladies First, dan masih banyak lagi. Namun, anggapan-anggapan yang agak “melemahkan” semangat pemusik kaum perempuan masih selalu ada.
“Masih ada beberapa orang yang skeptis dan bertanya “emang kamu bisa main?”. Ibaratnya kami hanya “menjual gender” bukan karena karya. Mungkin karena jarang perempuan di Lombok yang pegang instrumen ya, kurang tau juga. Di sisi lain saya bangga bisa jadi musisi perempuan tanpa harus membuktikan saya bisa, tapi paling tidak mematahkan stigma yang saya sebutkan di atas” ujar Gerha, gitaris band perempuan Isvara.
Setelah Biru Jingga, Sisasa, Pamela Paganini dan Pelvist tampil secara bergantian, Yuga Anggana menutup gelaran acara tersebut dengan kata-kata harapan dan do’a semoga ruang-ruang pentas dan karya-karya orisinal terus tumbuh, dan semoga semangat para perempuan dalam berkarya tetap tinggi. (*)