Baru-baru ini, ilmuwan Amerika Serikat di pusat kesehatan NYU, New York berhasil melakukan transplantasi ginjal babi ke manusia untuk pertama kalinya. Kenyataan tersebut membuat publik bertanya-tanya, benarkah kita memiliki hubungan dekat dengan mamalia bertubuh gempal tersebut?
Pakar epidemiologi dari Universitas Indonesia atau UI, Tri Yuni Miko mengaku tak heran dengan fenomena unik tersebut. Sebab, menurutnya, genetika babi dan manusia sebenarnya sama.
Meski demikian, tambah dia, keberhasilan tersebut harus ditentukan dari berapa lama manusia tersebut bisa bertahan setelah mendapat transplantasi ginjal babi.
“Wajar, karena secara genetik, babi itu mirip dengan manusia,” ujar Tri Yuno Miko, dikutip dari Indozone, Jumat 22 Oktober 2021.
Ia menjelaskan transplantasi ginjal babi tersebut bisa dikatakan berhasil ketika ditinjau minimal selama tiga tahun, dan dilakukan apabila dua ginjal dari manusia tersebut sudah rusak.
Apabila salah satu ginjal masih berfungsi dengan baik, Tri menilai transplantasi ersebut tidak berhasil, namun juga tidak ditolak secara akut. Artinya nanti setelah satu hingga dua tahun ginjal itu akan kronis.
“Bisa saja ditolaknya pelan-pelan. Kalau kronis nanti satu-dua tahun ginjalnya mengecil enggak, kalau ginjal babi itu mengecil, berarti ditolak tapi kronis, ditolak pelan-pelan,” kata dia.
Diketahui, transplantasi ginjal babi ke tubuh manusia tersebut dikerjakan di New York University atau NYU Langone Health di New York City, Amerika Serikat (AS). Namun, ginjal tersebut tidak begitu saja dipindahkan dari satu tubuh ke tubuh lain, melainkan telah dimodifikasi dengan menyingkirkan molekul tertentu.
Sementara menurut laporan Reuters, sosok yang menerima transplantasi ginjal babi merupakan pasien koma yang mengalami masalah atau gangguan fungsi ginjal. Kabarnya, sebelum memulai pembedahan, tim medis lebih dulu meminta izin kepada pihak keluarga pasien.
Artikel dari Hops.ID
