counter hit make

Nyepi di Kala Pandemi: Menepikan Ego Diri

Nyepi berasal dari kata sepi. Hari Raya Nyepi merupakan perayaan Tahun Baru bagi umat Hindu berdasarkan penanggalan/kalender caka. Ini adalah satu-satunya perayaan pergantian tahun yang dilewati tidak dengan hingar bingar suara kembang api, petasan, dan terompet. Lampu, peralatan elektronik, alat masak di rumah-rumah dan tempat bekerja dimatikan, bahkan bandara pun ditutup, tapi tidak dengan rumah sakit. Hari raya Nyepi merupakan hari libur nasional dan begitu terasa suasananya ketika berada di Bali. Hal itu tentu saja karena sebagian besar penduduk Pulau Bali memeluk agama Hindu.

Tahun 2021, perayaan Nyepi jatuh tepat pada hari Minggu, 14 Maret. Tilem (bulan mati) biasanya jatuh sehari sebelumnya. Hari tilem terjadi ketika langit gelap tanpa bulan. Ini berkebalikan dengan hari purnama, dimana saat itu bulan terlihat bulat sempurna dari bumi. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun 2020 dan 2021 dilewati dengan penyambutan hari Nyepi yang benar-benar sepi. Lebih sepi dari penyambutan hari raya Nyepi biasanya. Ketika hari Nyepi memang sepi, namun ada beberapa kegiatan keagamaan dalam rangkaian menyambut hari raya tersebut.

Tidak ada pawai atau arak-arakan ogoh-ogoh dikarenakan kondisi pandemi yang melanda dunia hingga saat ini. Ogoh-ogoh adalah patung yang berukuran besar yang terbuat dari bubur kertas dan bahan pelekat. Ogoh-ogoh biasanya dibuat oleh umat Hindu sebagai suatu bagian dari perayaan ‘upacara pembersihan’ (pengerupukan) dan merupakan simbol dari kekuatan kejahatan yang perlu disadari dan ditransformasikan dalam diri manusia. Upacara melasti dan mecaru tetap dilaksanakan dengan tetap memerhatikan protokol kesehatan. Upacara Melasti dilaksanakan di pinggir pantai dengan tujuan menyucikan diri dari segala perbuatan buruk pada masa lalu dan membuangnya ke laut. Upacara mecaru biasanya dilaksanakan di perempatan jalan dan di lingkungan rumah dengan persembahan tertentu. Upacara mecaru bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai luhur dan spiritual kepada manusia agar selalu menjaga dan merawat alam dan lingkungan sekitarnya.

Nyepi, secara hakikat, bukan dari aspek tata cara dan kelengkapan ritualnya, sejatinya diperlukan oleh semua manusia, bukan hanya untuk umat Hindu saja. Setiap kita memerlukan ruang sepi, setelah begitu bisingnya dunia yang kita jalani setiap hari. Bising oleh impian, bising oleh target-target, bising oleh perintah dan harapan orang lain atau orang tua, bising oleh kenangan-kenangan, bising oleh rasa bersalah, bising oleh kendaraan-kendaraan yang ditemui di jalan raya, bising oleh rumus dan teori, bising oleh gosip di media sosial, bising oleh diskon-diskon di toko online, bising oleh suara perkelahian tetangga, bising oleh omelan orang-orang yang dicintai, bahkan bising oleh celoteh pikiran sendiri. Terlalu lama hidup dalam dunia yang penuh kebisingan adalah cara dan jalan yang pasti mengarah kepada kepeningan. Kepeningan ini yang sangat berpotensi memicu hadirnya berbagai penyakit mental dan fisik. Keseimbangan adalah kata yang sangat penting dalam hal menjaga kesehatan fisik dan mental ini.

Momen tidak melakukan apa-apa adalah sebuah momen yang bisa menjadi penyeimbang di tengah kesibukan kita melakukan apa-apa. Setiap kita punya hari libur, tapi belum tentu benar-benar bisa digunakan sebagai momen liburan. Tubuh mungkin tidak berada di kantor/tempat kerja atau di sekolah/kampus, tapi pikiran tidak henti-hentinya memikirkan pekerjaan dan pelajaran. Liburan tidak harus di pantai, di hotel, atau di tempat wisata, tapi bisa dimana saja, selama pikiran pun berlibur. Apa artinya liburan ke pantai bersama keluarga, tapi setiap jam mengangkat telpon dari rekan kerja dan membahas kerjaan untuk keesokan harinya? Apa artinya liburan di hotel yang mewah namun sibuk membalas chat dan khawatir tentang kondisi kerjaan di tempat yang lain?

Libur yang sebenar-benarnya libur bukan semata-mata hanya liburan fisik ke tempat-tempat wisata dan menikmati kuliner yang lezat, tapi mengajak pikiran-perasaan untuk beristirahat dari bisingnya harapan dan kenangan. Itu bisa kita atur dan tidak harus lama. Momen-momen sekejap saja bisa kita gunakan sebagai momen “nyepi”: menonaktifkan gadget, mematikan tv, tidak mencari kebisingan dan hiburan di luar rumah, hanya menyadari napas masuk dan keluar. Tidak apa-apa bila tidak melakukan apa-apa, sejenak saja, karena kita pun mungkin sudah banyak melakukan apa-apa yang tidak menghasilkan apa-apa. Mengurangi mengejar impian sejenak, mengendorkan genggaman akan kenangan pahit sejenak. Cukup 5-10 menit. Hanya sejenak, menyepi, menepikan ego diri dan mensyukuri berkah di saat ini-disini.