Wartamataram.com, Bima – Secara kultural masyarakat Bima sangat meyakini akan adanya Nur Muhammad. Dalam keyakinan masyarakat Bima, Nur Muhammad dipercaya sujud selama 70.000 tahun lamanya. Berdasarkan keyakinan itu, pada dasarnya makhluk tunduk atau sujud kepada Allah SWT.
Nur Muhammad adalah asal-muasal penciptaan alam semesta serta diyakini bahwa Nur itu pula yang ditiupkan kepada setiap ruh dalam jasad yang diciptakan Allah. Karena keyakinan itu, maka masyarakat Bima juga meyakini bahwa perintah untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad adalah hal yang harus terus diamalkan, diajarkan kepada anak-turun pada kehidupan masyarakat Islam di Bima.
Walau kalangan ulama berbeda pendapat mengenai hal ini, akan tetapi pada masyarakat Bima sudah meyakini, dan bahkan memiliki kecenderungan untuk terus membicarakan serta meyakininya. Bagaimanapun melalui Ngaji Fitua (Ngaji Tua), masyarakat Bima merasakan akan keagungan mahluk Allah yang bernama Nabi Muhammad SAW serta lebih dalam meyakini akan kekuasaan Allah SWT.
Atas keyakinan mengenai ditiupkannya Nur Muhammad kepada setiap ruh-ruh yang bersemayam di dalam jasad, membentuk rasa syukur serta merasa bahwa bershalawat atas Nabi Muhammad serta tunduk pada kuasa Allah SWT adalah kebutuhan dan keharusan.
Pembahasan tentang Nur Muhammad selain terdapat dalam kitab yang dijelaskan diatas, juga terdapat dalam beberapa kitab seperti, kitab Syamsul Ma’arif, Sirrur Asrar, Dalailul Khairat, dan Minhajul Abidin. Serta terdapat keterangan pada kitab Maulid al-Barzanji yaitu “Aku mengucap shalawat dan salam untuk cahaya yang bersifat terdahulu dan awal”.
Fitua atau “Ngaji Tua” merupakan ilmu yang berasal dari hasil kajian-kajian orang tua di Bima. Kajian-kajian ini yang berdasarkan Dalil Naqli dan Dalil Aqli. Adapun Dalil Naqli adalah dalil yang bersumber dari Al-qur’an dan Hadist sedangkan Dalil Aqli adalah dalil yang bersumber dari akal manusia. Bagian inti sari kajian orang tua di Bima yaitu kajian tentang penciptaannya Nabi Muhammad SAW, karena kajian ini mengarah kepada inti ibadah kepada Allah SWT.
Rancangan ruma (Allah SWT) pada penciptaan-Nya yang bernama Muhammad melalui nurun fauqa nurin. Nabi Muhammad bersabda yang artinya nahu laina manusia bune nggomi doho nahu ma ngepa dibawa Allah Tuhanku (aku bukan manusia seperti kalian aku berlindung dibawah Allah Tuhanku) (Al Hadist). Maksud hadist ini terletak pada prosesnya yang memang lain baik pada jasmani teristimewa pada rohani/ruhnya. Walaupun keberadaannya di dunia hanya sebagai seorang rasul terakhir sekaligus penghulu para nabi dan rasul akan tetapi nilai lebih yang diberikan Allah padanya adalah rahmatan lil alamin.
Pada awal penciptaannya, di alam Jarwan namanya adalah Nur Muhammad, di alam Malakut bernama Ahmad dan setelah lahir bernama Muhammad. Penjelasan singkatnya sebagai berikut.
- Nur Muhammad
Khalaqa qoblal asyai nuru nabiyyuka. Artinya telah dijadikan sebelum segala sesuatu Nur nabimu (yaitu dari Nur dzat-Nya). Nur ini menjadi ruh, ruh menjadi sifat dan sifat menjadi hayyut (hidup) sebelum hayyun. Ruh inilah ketika dimasukkan kedalam tubuhnya menjadi nyawa, ketika keluar namanya nafas, ketika berkehendak namanya hati, ketika memilih namanya ikhtiar, ketika percaya namanya iman, ketika menjalankan perintah namanya Islam, dan ketika menjalankan dan membuat sesuatu namanya akal.
Di dalam kitab Maulidu Barzanji dijelaskan bahwa Nur tersebut Allah pindahkan kepada Aminah ibu kandung Nabi Muhammad dan telah diumumkan keseluruh penghuni bumi bawa Nur-Nya telah dikandung oleh Aminah. Aminah pada waktu itu memandang alam raya ini bagaikan Nur.
- Di alam Malakut bernama Ahmad
Jarak antara kerasulan Nabi Isa dengan kelahiran Muhammad terpaut sangat jauh yaitu kurang lebih 400 tahun, namun Allah SWT. telah memberikan pengetahuan tentang kelahiran Nabi Muhammad yang ada dalam Firman Allah yang artinya: “Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, “Wahai Bani Israil! Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu, yang membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan datangnya seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namamya Ahmad (Muhammad). Maka tatkala rasul itu datang kepada meraka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, meraka berkata, “ini adalah sihir yang nyata”. (QS. As-Saff 61:6)
- Muhammad
Nabi Muhammad lahir pada hari Senin 12 Rabiul Awal tahun gajah (20 April 571 M). Semasih segumpal darah, masil dalam genggaman Tuhan yang bersifat berkehendak atas makhuluk-Nya (kun).
Sodi mcambe fitua mbojo (tanya jawab dalam kajian orang tua Bima).
Tanya: kapan Muhammad berganti nama?
Jawab: di waktu memotong tali pusar.
Tanya: kapan Muhammad melihat dan mengenal dirinya?
Jawab: dengan adanya alif yang berdiri sendiri.
Tanya: kapan Muhammad berganti menjadi nama Allah?
Jawab: di waktu mengangkat tangan waktu takbir (Allahu Akbar).
Tanya: kapan Muhammad diangkat menjadi rasul dan menyempurnakan firman dan hadist?
Jawab: di waktu membaca Al-Fatihah.
Tanya: kapan Muhammad kembali ke surga menjadi sifat yang bernama Muhammad?
Jawab: di waktu membaca tahiyat awal.
Tanya: kapan Muhammad kembali diri yang suci menjadi sifat Tuhan?
Jawab: di waktu membaca tahiyat akhir maka Muhammad menjadi Syahadat, menjadi dzat Tuhan.
Fitua atau ngaji tua ini dijadikan sebaga filososi kehidupan oleh masyarakat mbojo zaman dulu, sebagian besar dari ilmu fitua ini merupakan petunjuk dan ajaran-ajarannya sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan rasul. Orang bima merasa senang dan gembira kalau memahami fitua dari para orang tua terdahulu. Mereka akan memahami itu dengan baik dan mempertahankannya karena tidak sembarangan orang yang bisa memahami ilmu itu.
Bagi orang yang bersungguh-sungguh memahami tradisi itu maka mereka akan sungguh-sungguh pula beribadah kepada Allah SWT. Nilai baik dari tradisi ini yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah, meningkatkan keimanan dan ketakwaan dan memahami hakikat penciptaan manusia, bahwa manusia diciptakan untuk menghambakan diri kepada Allah. (*)
Sumber: dari berbagai sumber.