Berita Mataram – Setelah tiga orang warganya (dua dirawat dan satu meninggal dunia) positif terjangkit virus corona, kini Kota Mataram masuk ke dalam zona merah penyebaran virus corona. Ketiga warga tersebut adalah LJ (inisial) dari Kelurahan Rembiga, YT (inisial) dari Kelurahan Kekalik Jaya, keduanya masih dalam proses perawatan, dan yang terakhir adalah J (inisial) sudah meninggal berasal dari Dasan Agung.
Wali Kota Mataram, H. Ahyar Abduh membenarkan bahwa Kota Mataram masuk ke dalam zona merah penyebaran virus corona. Beliau menyampaikan hal tersebut sesuai melakukan rapat tertutup dengan tim gugus tugas penanganan Covid-19 Kota Mataram di Pendopo Wali Kota Mataram.
Pemkot Mataram terus melakukan upaya dalam pencegahan virus corona ini, mulai dari penyemprotan disinfektan di Kelurahan Kekalik Jaya, Rembiga dan Dasan Agung, serta melakukan contact tracing atau melacak orang-orang yang pernah berhubungan dengan tiga pasien positif virus corona tersebut.
Pasien yang positif tertular virus corona ini dibagi menjadi dua cluster yaitu cluster Gowa dan cluster Bogor, artinya mereka terjangkit setelah pulang dari Gowa dan dari Bogor. Salah satu pasien tertular saat mengikuti Ijtima Ulama Dunia Zona Asia di Gowa, Sulawesi Selatan. Walikota juga meminta 60 orang warga yang ikut dalam kegiatan tersebut untuk terus dipantau kesehatannya.
Walikota Mataram juga kembali menghimbau masyarakat agar menaati aturan-aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah, seperti social distancing, physical distancing, menghindari keramaian serta mengurangi aktivitas di luar rumah. Ahyar juga telah meminta Camat dan Lurah untuk melakukan pengawasan serta dibantu oleh TNI, Polri dan juga Satpol PP.
Dengan kondisi seperti saat ini, Ahyar mengaku cukup kesal karena reagen (alat pemeriksa virus corona) masih belum tiba hingga saat ini. Pemkot Mataram belum dapat memastikan PDP yang dirawat di RSUD Kota Mataram berstatus positif atau tidak karena hasil Swab masih harus dikirim ke Litbangkes Kementerian Kesehatan RI sehingga membutuhkan waktu lama.
Direktur RSUD Kota Mataram dr. H. Lalu Herman Mahaputra meminta RSUP NTB menggandeng prodia mendatangkan reagen pemeriksa Korona, karena alat ini belum ada di NTB. Ia juga mengaku kesal, karena Pemerintah Pusat hanya menunjuk dan mengeluarkan SK Rumah Sakit tempat pemeriksaan virus corona tanpa mendatangkan reagen.
Seharusnya, uji Swab atau pemeriksaan virus corona akan mengeluarkan hasil maksimal dalam waktu enam jam. Namun karena tidak adanya alat tersebut, maka membutuhkan waktu berhari-hari, karena uji Swab harus dikirim ke Surabaya dan Jakarta terlebih dahulu.