counter hit make

Krisis energi, China pilih minta tolong ke Indonesia ketimbang Australia

Saluran udara tegangan ekstra tinggi (Sutet). Foto: Al Jazeera

China bagian timur laut saat ini sedang mengalami krisis energi, yang membuat banyak rumah tidak mendapat aliran listrik, serta banyak pabrik terpaksa menghentikan produksinya. Sementara itu, beberapa toko kecil dilaporkan tetap buka dengan menggunakan lilin sebagai penerangan.

Untuk mengatasi krisis energi ini, Pemerintah Provinsi Jilin, sebuah daerah di timur laut China yang berbatasan dengan Korea Utara pun berjanji akan meningkatkan pasokan batu bara, guna memastikan pasokan listrik lokal aman.

Dalam inspeksi yang dilakukan di sebuah pembangkit listrik lokal pada hari Senin lalu, Gubernur Provinsi Jilin, Han Jun mengatakan dia akan melakukan berbagai langkah, termasuk meningkatkan produksi batu bara domestik, dan memperbesar skala impor batu bara.

Menukil Global Times, Kamis 30 September 2021, selain mengamankan pasokan batu bara dari Daerah Otonom Inner Mongolia, Han menyebutkan bahwa semua langkah yang diperlukan harus diambil untuk meningkatkan impor dari Rusia, Mongolia dan Indonesia.

Pembangkit listrik tenaga batu bara. Foto: IBT
Pembangkit listrik tenaga batu bara. Foto: IBT

“Pembelian batubara dari pasar dalam dan luar negeri akan didorong oleh kebijakan pendukung terkait dan lebih banyak fasilitas penyimpanan batubara akan dibangun,” Han.

Pengamat industri mengatakan bahwa Pemprov Jilin mengecualikan Australia dari daftar negara untuk impor batu bara. Padahal Australia pernah menjadi pemasok batu bara uap utama China. Namun karena hubungan kedua negara yang belakangan memburuk, dan kebijakan Beijing yang melarang impor batu bara dari Australia, membuat Negeri Kanguru itu dikecualikan dalam daftar impor.

Han Jun juga memerintahkan pembangkit listrik untuk mempertahankan daya listrik yang stabil di semua biaya dan menetapkan pemenuhan penggunaan listrik perumahan sebagai prioritas mereka.

Lebih lanjut, Han mencatat bahwa perusahaan keuangan lokal juga harus mendukung pembangkit listrik termasuk menawarkan pinjaman dan subsidi.

Krisis energi China

China saat ini sedang mengalami krisis energi, terutama di bagian timur laut negara itu. Hal itu disebabkan oleh pasokan batubara yang kian diperketat, serta upaya pemerintah yang kian memperketat standar emisi.

China alami krisis energi. Foto: Aws For WP
China alami krisis energi. Foto: Aws For WP

Karena krisis itu, banyak pabrik yang menghentikan proses produksinya, tutup lebih cepat, atau bekerja dengan tidak maksimal, demi mematuhi kebijakan pembatasan emisi yang diterapkan oleh Beijing. Hal ini disebut para pengamat bakal mempengaruhi rantai pasokan global.

Karena krisis energi yang dialami oleh China ini disebutkan bisa berdampak terhadap pasokan global, bukan tidak mungkin Indonesia juga bisa merasakan dampaknya. Mungkin, dampak yang akan dirasakan adalah kelangkaan pasokan tekstil, mainan, suku cadang mesin, smartphone dan perangkat elektronik lainnya.

Krisis energi disebabkan oleh Pemerintah China yang memperketat pasokan batu bara dan angka emisi. Kebijakan tersebut diambil Beijing demi mendapat kualitas udara yang lebih baik. 

China memang telah berjanji untuk mengurangi intensitas energi sekitar 3 persen pada tahun 2021 untuk memenuhi tujuan iklimnya. Otoritas provinsi juga telah meningkatkan penegakan pembatasan emisi dalam beberapa bulan terakhir setelah hanya 10 dari 30 wilayah yang berhasil mencapai tujuan energi mereka pada paruh pertama tahun ini.

Selain itu, partai yang berkuasa saat ini juga sedang mempersiapkan Olimpiade Musim Dingin di Beijing dan kota terdekat, Shijiazhuang yang akan dihelat pada Februari tahun depan. Pemerintah pun menginginkan udara yang bersih dan langit biru cerah bisa dilihat dan dirasakan oleh para atlet dan seluruh pihak yang terlibat pada Olimpiade tersebut nantinya.

Artikel dari Hops.ID