counter hit make

Konsep Keutamaan Meninggal di Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia. Pada bulan ini segala amal perbuatan dilipat-gandakan pahalanya guna memotivasi kita untuk beribadah di bulan ini. Jika semua amalan yang dilakukan di Bulan Ramadhan ganjarannya dilipat-gandakan, lantas bagaimana dengan meninggal di Bulan Ramadhan? Apakah ada keutamaan tersendiri jika meninggal di bulan Ramadhan?

Keutamaan Meninggal di Bulan Ramadhan

Setiap yang bernyawa pasti akan kembali kepada-Nya. Tidak ada yang bisa menghindarinya walau bersembunyi di puncak gunung yang tinggi maupun laut terdalam sekalipun. Meskipun sudah berikhtiar dengan ribuan dokter, maupun jutaan obat terbaikpun jika memang sudah waktunya, tidak akan bisa menghindari kematian itu sendiri.

Kematian adalah ketetapan yang mutlak dari Allah Ta’ala. Maka dari itu banyak dari umat muslim ingin mati dalam keadaan khusnul khotimah, mati dalam keadaan baik. Kematian yang khusnul khotimah yang bagaimana? Ada sebuah ungkapan yang berbunyi “sebaik-baiknya meninggal adalah meninggal di Hari Jum’at, dan bulan terbaik untuk meninggal adalah bulan Ramadhan.” Ntah apakah ini adalah ungkapan yang berdasar atau tidak, tapi banyak orang yang mempercayainya.

Ada beberapa hadits yang sering dikaitkan dengan keutamaan meninggal di bulan puasa, salah satunya yang terkenal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi’ wa salam bersabda:

“Bulan Ramadhan telah tiba menemui kalian, bulan (penuh) barokah, Allah wajibkan kepada kalian berpuasa. Pada bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, setan-setan durhaka dibelenggu. Di bulan ini, Allah memiliki malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang terhalang mendapatkan kebaikan malam itu, sungguh dia terhalang dari kebaikan yang banyak.” (HR. Nasa’i, no. 2106, Ahmad, no. 8769. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib, no. 999)

Dalam hadits diatas terdapat penggalan yang menyatakan ‘pada bulan ini pintu-pintu surga dibukakan, pintu neraka ditutup’. Penggalan hadits ini sering dianggap sebagai jaminan bahwa orang yang meninggal di Bulan Ramadhan jaminannya adalah surga.

Lantas bagaimana penjelasan dari hadits diatas? Banyak ulama yang sudah menjelaskan maksud dari penggalan hadits tersebut. Salah satunya adalah penjelasan dari Abu Hasan Ali bn Khalaf bin Abdul Malik bin Baththal Al-Bakri Al-Qurthubi atau yang dikenal dengan Ibnu Baththal.

Ibu Baththal menyatakan, setidaknya ada dua penjelasan yang dajukan oleh ulama-ulama atas maksud dari penggalan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa salam di atas. Pertama para ulama memaknainya secara tekstual atau pengertian sesuai dengan bunyi penggalan haditsnya. ‘Pintu-pintu surga dibukakan’ dipahami dengan pengertian yang sebenarnya (al-haqiqi) sehingga maksud dari ayat tersebut pintu surge benar-benar dibuka.

“Para ulama menakwil atau menafsirkan sabda Rasulullah SAW, ‘Pintu-pintu surga dibuka dan setan-setan dibelenggu’ dengan dua pendekatan. Pertama, pendekatan dengan makna hakiki, yaitu mereka (setan-setan) dibelenggu dalam pengertian secara hakiki sehingga intensitas mereka menggoda manusia menjadi berkurang, berbeda dengan yang dilakukan pada bulan selain Ramadhan. Sedangkan ‘dibukanya pintu-pintu surga’ juga dipahami sesuai bunyi teks haditsnya (zhahirul hadits),” (lihat Ibnu Baththal, Syarhu Shahih al-Bukhari, Riyadl-Maktabah ar-Rusyd, cet ke-2, 1423 H/2003 M, juz IV, halaman 20).

Kedua, memahaminya (penggalan hadits tersebut) sebagai khiasan (majazi). Sehingga maksud dari ‘pintu-pintu surga dibukakan’ dapat dimaknai bah Allah Ta’ala membukakan pintu taufiq-Nya dengan amalan-amalan baik yang dapat menghantarkan ke surga. Begitu pula maksud ‘pintu-pintu neraka ditutup’ dapat diartikan bahwa Allah Ta’ala mencegah hambanya dari kemaksiatan, perbuatan-perbuatan lalim, atau amalan-amalan buruk yang mengantarkan ke neraka.

“Kedua, pendekatan dengan makna majazi. Makna atau pengertian dibukanya pintu-pintu surga adalah sesuatu yang Allah buka untuk hamba-hamba-Nya di bulan Ramadhan berupa amal-amal yang mengantarkan ke surga seperti shalat, puasa, dan tadarus Al-Qur`an. Jalan menuju surga di bulan Ramadhan lebih mudah dan amal-ibadah di dalamnya lebih cepat diterima. Begitu juga pintu-pintu neraka ditutup dengan sesuatu yang mencegah mereka dari kemaksiatan dan perbuatan-perbuatan yang mengantarkan ke neraka. Mengingat sedikitnya siksaan Allah kepada hamba-hamba akibat perbuatan buruk mereka, maka Allah melewatkan (memaafkan) perbuatan-pebuatan itu dari beberapa kaum dengan berkah bulan Ramadhan, memberikan ampunan kepada orang yang berbuat keburukan karena adanya orang yang berbuat kebajikan, serta mengampuni pelbagai kesalahan. Inilah makna tertutupnya pintu neraka,” (Lihat Ibnu Baththal, Syarhu Shahih al-Bukhari, juz IV, halaman 20).

Yang pastinya dari keseluruhan sabda Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa salam tersebut tidak satupun yang menyiratkan baik secara haqiqi maupun majazi bahwa orang yang meninggal di bulan puasa mendapat ganjaran surga dari Allah Ta’ala.

Lalu bagaimana maksudnya konsep keutamaan meninggal di bulan Ramadhan? Secara khusus tidak ada dalil dalam Al-Qur’an atau hadits yang menjelaskan keutamaan meninggal dalam waktu-waktu tertentu termasuk keutamaan meninggal pada Bulan Ramadhan. Seperti yang dijelas oleh Syekh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah :

Hadist–hadist yang menerangkan keutamaan meninggal di hari tertentu tidak ada yang shahih. Karena pahala seorang bergantung pada amalannya, itulah yang bisa dia usahakan.”

Kendatipun tidak ada dalil-dalil yang menerangkan keutamaan meninggal di Bulan Ramadhan, ada hadits yang menjelaskan keutamaan meninggal saat menjalankan ibadah puasa. Seperti sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam berikut ini:

“Barangsiapa yang mengatakan Laa Ilaha Illalah dengan hanya mengharapkan ridho Allah lalu meninggal dalam keadaan seperti itu maka dia masuk surga. Barangsiapa yang berpuasa suatu hari dengan hanya mengharapkan ridho Allah lalu meninggal dalam keadaan seperti itu maka dia masuk surga. Barangsiapa yang bersedekah dengan suatu sedekah dengan hanya mengharapkan ridho Allah lalu meninggal dalam keadaan seperti itu maka dia masuk surga.” (HR. Ahmad Hudzaifah radhiallahu anhu)

Banyak lagi keutamaan-keutamaan yang didapat saat meninggal dalam menjalankan ibadah puasa, seperti diampuni dosanya yang telah lampau, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam:

“Barang siapa berpuasa Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala kepada Allah, maka diampuni dosanya yang telah lampau.” (HR. Bukhari)

Meninggal dalam keadaan menjalankan ibadah puasa juga temasuk mati syahid dikarenakan meninggal dalam keadaan berjuang di jalan Allah.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:

“Orang yang mati syahid itu ada lima; orang yang meninggal karena penyakit tha’un, sakit perut, tenggelam, orang yang kejatuhan (bangunan  atau tebing) dan meninggal di jalan Allah.” (HR. Bukhari)

Orang yang meninggal dalam keadaan puasa juga masih membawa amalan untuk Allah sebagaimana yang dikatakan Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:

Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151)