Island Attack “kampung ke kampung” merupakan sebuah movement sebagai platform berkesenian untuk skena Graffiti dan Street Art di Lombok. Program ini sendiri diadopsi dari program rutin yang dilakukan komunitas Street Art Lombok (SAL) yaitu “Gambar Kampung” yang mencari lokasi-lokasi kampung tengah kota yang kemudian dibuat dalam skala sedikit luas yakni mengundang Seniman dari luar Lombok (pulau Jawa) dan luar negeri (Jerman).
Adapun lokasi yang menjadi venue acara ini ada di dua tempat, yang pertama di Kampung Babakan mulai dari tanggal 22-23 Juni 2022 dan di Sembalun dari tanggal 25-26 Juni 2022.
Island Attack kali ini melanjutkan dari island attack yang sudah berlangsung dari beberapa tahun yang lalu yang dikemas dalam “bangsal menggawe” oleh kawan-kawan pasirputih Lombok Utara. Namun, kali ini di-handle langsung oleh komunitas Street Art Lombok.
Tujuan program ini tidak lain dan tidak bukan untuk mengenalkan Graffiti dan Street Art kepada masyarakat, terutama di Lombok tentang bagaimana graffiti itu dan seperti apa graffiti itu,
Karena bagaimana pun kesenian jalanan atau street art seperti ini begitu dekat dengan mata masyarakat. Orang-orang tidak perlu lagi jauh-jauh ke gallery atau museum untuk menikmati karya seni, akan tetapi di sepanjang jalan atau di sekitar kampung mereka sudah ada dan bisa menikmati karya seni.
“Kalau sebelumnya island attack merespon tempat wisata, sekarang island attack membuat kampung menjadi tempat wisata. Orang-orang bisa ke babakan untuk melihat karya-karya dari seniman graffiti di Lombok atau bahkan seniman luar negeri. Bisa juga ke sembalun bukan hanya melihat pemandangan dan merasakan dinginnya alam, akan tetapi ada suguhan lain di balik wisata alam sembalun, yaitu graffiti. Ini sebagai Langkah awal, sehingga island attack selanjutnya bisa lebih besar lagi,” ujar Wang, seorang street artist dan penggerak komunitas Street Art Lombok.
Pelaku seni graffiti sedang mendekatkan karya mereka ke masyarakat. Jadi masyarakat yang setiap hari tidak konsumtif dengan karya-karya seperti ini, begitu ada yang masuk dengan pola yang berbeda dari circle kehidupan rutinitas mereka setiap hari yang monoton seperti itu, menjadi sangat menarik bagi mereka dan bisa-bisa mereka menarik tontonan mereka dari televisi ataupun gadget.
“Orang-orang yang sebelumnya belum pernah ke Babakan bertanya-tanya dan akhirnya mengunjungi Babakan dan ramai menikmati proses seniman menggambar, bahkan sampai acaranya selesai orang-orang masih berkerumun membicarakan gambar-gambar di sekeliling mereka dan meminta untuk ditambah lagi gambarnya, bahkan mereka rela mengeluarkan dan atau membantu untuk membeli bahan menggambar,” ujar Novrizal Hamza, seniman teater sekaligus warga Babakan.
Novri menambahkan, “Saya yang tinggal di Babakan merasakan seperti itu. Selain berbicara tentang agama, ternyata visual itu juga penting, mata kita dihiasi dengan warna-warni, pola dan bentuk, secara euphoria dan pesan. Teman-teman seniman graffiti atau street art kemarin saya rasa berhasil, yang pada akhirnya orang-orang juga mencoba merangsang pikirannya selain kebutuhan media sosial sudah pasti. Harapannya kampung-kampung yang ada kota juga diserang, karena pertumbuhan dan penyebaran budaya urban seperti ini berawal dari kampung-kampung yang ada di kota, khususnya Mataram.”
Berikut adalah testimoni dari partisipan Island Attack:
–Familly, Love, Memory, sesuatu yang susah dipisahin dari hidup (Slash)
-Silaturahmi makin terjaga, dan semoga tetap ada island attack selanjutnya (Cekol)
-Harus ada lagi (Mamo)
-Tetap semangat dan kuat, kita bersinar, semoga ada kedepannya lebih meriah lagi (Etz)
-Jangan kasih kendor (Imone)
(Jurnalis: RNWM)