counter hit make

Jangan Buka Sekolah Sebelum Daerah Punya Lab Genom Squancing

JAKARTA-Covid-19 tidak hanya menyebabkan kefatalan pada lansia saja. Pada anak, juga harus mendapatkan perhatian. Untuk itu Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengajak agar kegiatan anak hanya di dalam rumah saja.

Ketua IDAI Aman Pulungan membeberkam bahwa kasus Covid-19 pada anak begitu mengkhawatirkan (lihat grafis). Aman mengatakan bahwa pada kematian anak akibat Covid-19, 50 persennya adalah balita. “IDAI mengimbau, kegiatan yang melibatkan anak usoa 0 sampai 18 tahun diselenggarakan secara daring,” bebernya.

Dalam menghadapi Covid-19 ini, ternyata Indonesia belum ramah pada anak. Aman menjelaskan, tidam banyak rumah sakit di Indonesia yang menyediakan ICU. Hal ini diperparah dengan sumber daya manusia kesehatan yanv menurun dan beberapa obat-obatan khusus anak tidak tersedia. Jika terus dibiarkan, dia menyatakan bisa terjadi collapse.

Melihat hal ini, spesialis anak itu meminta agar orang dewasa menghindari membawa anak keluar rumah kecuali dalam keadaan mendesak. “Anak harus di rumah,” ungkapnya. Jika terpaksa berkegiaatan di luar rumah, hindari ventilasi tertutup, kepadatan, dan harus mengikuti protokol kesehatan. “Ketika anaknya tidak taat protokol kasihan anaknya,” imbuhnya.

Dia dengan keras menyerukan agar orang dewasa menjaga anak. Anak, menurut Aman, harus terpenuhi hak hidup dan hak sehat.

Pemerintah berencana membuka sekola di zona hijau dengan batasan waktu. Aman mengkritik kebijakan ini. “IDAI mendukung sekolah tatap muka, namun positifity ratenya dibawah 5 persen,” ujarnya. Padahal sekarang positifity rate secara nasional adalah 15,90. “Daerah (zona) hijau merah itu tidak ada karena tidak ada batas,” imbuhnya.

Terlebih laboratorium di Indonesia tidak banyak yang digunakan untuk mendeteksi genom squancing varian baru. Padahal varian baru ini penularannya cepat. “Ketika sekolah akan dibuka harus ada lab yang digunakam untuk genom squancing,” katanya.

Dokter spesialis anak RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Rismala Dewi dalam kesempatan lain membeberkan hasil penelitiannya. Jurnal ilmia yang diterbitkan bulan ini menggambarakan kondisi pasien Covid-19 usia anak yang dibawa kr RSCM selama Maret hingga Oktober 2020. Total ads 490 kasus anak yang kemungkinan Covid-19. Setelah dilakukan tes PCR, 50 anak terkonfirmasi Covid-19. Dari 50 anak itu, 20 diantaranya meninggal dunia. “Pada riset kami, anak berusia di atas 10 tahun yang bergejala berat meninggal dunia,” ungkapnya.

Dia mengigatkan bahwa anak juga bisa memiliki penyakit komorbid. Misalnya gangguan ginjal, kanker, atau jantung. Komorbid ini juga dapat memperberat kondisi saat terserang Covid-19. Dia meminta agar yang memiliki komorbid harus berhati-hati. (lyn/JPG/r6)

 

Source: Lombok Post