counter hit make

Iran, China dan Rusia girang diajak Kim Jong Un uji coba senjata hipersonik mematikan

Kim Jong Un dengan rudal jelajahnya. Foto: Xinhua.

Beberapa waktu lalu pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengumumkan memiliki senjata supersonik. Lantas ia mengajak beberapa perwakilan negara komunis seperti Rusia China dan Iran untuk turut serta melakukan uji coba.

Karena undangan tersebut Iran, China dan Rusia dikecam karena dinilai membantu Korea Utara menguji senjata hipersonik terbaru milik Korea Utara (Korut).

Korut baru-baru ini mengklaim telah berhasil menembakkan rudal hipersonik baru yang memicu kekhawatiran rezim isolasionis dibantu oleh negara adidaya nuklir Iran, China dan Rusia.

Rudal Hwasong-8 ditembakkan ke laut pada hari Selasa, dengan media pemerintah menggembar-gemborkan peran “senjata strategis” dalam memperkuat keamanan nasional Korea Utara.

Peluncuran uji dikatakan telah menandai daftar target, termasuk kemampuan manuver dan karakteristik penerbangan meluncur dari hulu ledak meluncur hipersonik. Korea Utara telah meningkatkan peluncuran misilnya setelah setengah tahun diam, dengan tiga uji coba senjata bulan ini saja.

Kim Jong Un dalam rapat Polkitbiro 11 April 2020
Kim Jong Un dalam rapat Polkitbiro 11 April 2020. Foto Mirror/PA

DIlansir laman The Telegraph, senjata hipersonik adalah salah satu senjata paling mematikan di gudang senjata negara mana pun karena kecepatannya membuat mereka sangat sulit untuk dicegat.

Tidak seperti rudal balistik yang menyerang target setelah pertama kali diluncurkan ke luar angkasa, rudal hipersonik terbang lebih cepat dan pada ketinggian yang jauh lebih rendah. Rusia umumnya dipahami berada di garis depan pengembangan rudal hipersonik, dengan AS tertinggal di belakang.

Pada bulan Juli tahun ini, Rusia telah menguji rudal Tsirkon (Zirkon), yang menurut Kremlin, mencapai kecepatan Mach 7 atau tujuh kali lebih cepat dari kecepatan suara.

Presiden Vladimir Putin sebelumnya mengatakan rudal mematikan itu bisa mencapai kecepatan sembilan kali kecepatan suara dan memiliki jangkauan 620 mil (1.000 km).

Senjata kaliber ini di gudang senjata Korea Utara bisa membuat negara nakal itu menjadi musuh yang tangguh bagi Korea Selatan, Jepang, dan AS untuk menghadapinya.

Uji coba rudal tersebut telah memicu pertanyaan tentang kemampuan senjata Korea Utara dan apakah kekuatan asing terlibat dalam pengembangan rudal tersebut. Menurut laporan The Telegraph, rezim Korea Utara mungkin telah dibantu oleh tiga musuh terbesar negara Barat yaitu Iran, Cina dan Rusia.

Hingga Selasa, negara pertapa itu belum memiliki sejarah yang diketahui dalam bereksperimen dengan rudal hipersonik dan sulit untuk memahami bagaimana para ilmuwan dan insinyur rezim membuat lompatan itu.

Rudal balistik China. Foto: CSIS
Rudal balistik China. Foto: CSIS

Meskipun Iran tidak diketahui memiliki rudal hipersonik, negara tersebut pada tahun 2014 meluncurkan fasilitas yang mampu menguji senjata semacam itu. Menurut kantor berita Tasnim Iran, terowongan angin hipersonik dapat beroperasi dengan kecepatan hingga 8 Mach.

Tak cuma itu, rezim Iran juga diketahui memiliki hubungan persahabatan dengan Korea Utara. Awal tahun ini, sebuah laporan yang diserahkan ke Dewan Keamanan PBB menggambarkan kemitraan antara kedua rezim untuk melanjutkan kerja sama rudal.

China juga dipahami dalam bisnis pengembangan persenjataan hipersonik, meskipun Beijing telah menempuh jalur pengembangan drone.

Pada akhir 2019, rezim komunis meluncurkan Dongfeng-17 (DF-17), yang merupakan rudal balistik jarak menengah yang dipersenjatai dengan kendaraan luncur hipersonik (GHV) DF-ZF. Tahun ini, sejauh ini, Korea Utara telah meluncurkan tiga senjata baru.

Presiden China Xi Jinping. Foto: Csmonitor
Presiden China Xi Jinping. Foto: Csmonitor

Sebelum peluncuran Hwasong-8, Korea Utara menembakkan rudal balistik dari kereta api serta hulu ledak yang diluncurkan kapal selam. Yang terakhir ini digambarkan oleh rezim sebagai “senjata paling kuat di dunia”.

Pada September 2017, Korea Utara juga melakukan uji coba senjata nuklir terbesarnya hingga saat ini. Di situs uji Punggye-ri, rezim meledakkan bom termonuklir yang diperkirakan memiliki hasil 100 hingga 370 kiloton.

Pada Mei tahun ini, Presiden AS Joe Biden mengatakan dia terbuka untuk “terlibat secara diplomatis” dengan rezim dalam sebuah langkah untuk denuklirisasi semenanjung Korea.

Artikel dari Hops.ID