MATARAM-Pengusaha dan pengelola industri perhotelan di Lombok Tengah masih berkutat dengan masalah akibat pandemi. Selaras dengan hunian yang terus melorot, sejumlah pengusaha mau tak mau memilih menutup bisnisnya. Hingga saat ini, separo hotel sudah berhenti beroperasi. Sedangkan sebagian lagi memilih buka dengan okupansi tak lebih dari 20 persen.
Hal ini disampaikan Ketua Mandalika Hotel Association (MHA) Samsul Bahri saat pertemuan di kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) NTB, Senin (31/5) lalu. ”Anggota kami ada 45 usaha hotel, tapi yang beroperasi hingga kini cuma 50 persnnya saja,” katanya.
Pengusaha homestay justru lebih parah. Dari 2.080 homestay, hampir 76 persen memilih tutup. Kondisi ini jauh lebih parah dibanding pengusaha serupa di Senggigi, Lombok Barat. Lantaran segmentasi pasar di Loteng yang didominasi wisatawan mancanegara dibanding nasional bahkan lokal. ”Sedangkan saat ini border masih tutup semua,” keluhnya.
Menurut Samsul, pengusaha sektor akomodasi di kawasan setempat sedang dihadapkan pada dua sisi dilematis. Pertama, bagaimana pihaknya dapat mempertahankan karyawan demi menekan angka pengangguran. Baik hotel maupun homestay yang buka, mempekerjakan karyawan dengan sistem jam kerja yang terbatas. Namun sisi yang lain mereka juga harus tetap mempertahankan operasional bisnis. ”Kedua hal ini sulit tapi harus sinkron agar bisnis tetap bisa bertahan,” katanya.
Perhelatan event-event internasional semisal MotoGP diharapkan menjadi pendongkrak sektor ini. Dengan dibukanya border luar negeri tambahnya, menjadikan optimisme pihaknya mengembalikan keadaan bisnis di Lombok Tengah yang sedang mati suri. Tak hanya pengusaha hotel dan homestay besar, bahkan camping ground yang dibuat pengusaha lainnya juga dapat memanfaatkan momentum ini. ”Jika benar digelar kan bisa 150-200 ribuan tamu datang harus kita layani,” ujar pria yang menjabat general manager JM Hotel Kuta Lombok ini.
Meski demikian, perekrutan tenaga baru dirasa masih belum menjadi prioritas. Apa yang dibutuhkan pihaknya saat ini adalah menambah atau memperbarui kemampuan serta pengetahuan para karyawan. Khususnya mereka yang sedang dirumahkan agar performa yang dihasilkan saat kembali bekerja tetap terasah. Hal yang sama juga penting dilakukan untuk karyawan yang bekerja dengan sistem shift. Untuk itu, hadirnya kelima hotel baru di KEK Mandalika diharapkan dapat dimanfaatkan untuk menyerap tenaga-tenaga kerja baru. ”Program permagangan yang diusung pemerintah juga bagus untuk untuk menjaga kemampuan tanpa mengurangi pembiayaan perusahaan,” imbuhnya.
Terpisah, Kepala Balai Latihan Kerja (BLK) Lombok Timur Sabar mendesak agar pihak ITDC dan mitra usahanya, memberikan gambaran konkret terkait kebutuhan tenaga kerja di sana. Demi menyambut kesiapan KEK Mandalika sebagai tuan rumah beragam kegiatan internasional. Sebab BLK memiliki ratusan tenaga kerja lokal terlatih yang bisa menjadi prioritas saat perekrutan. Ia meyakini, kebutuhan paling banyak datang dari sektor industri hotel, restoran, hingga pekerja di sirkuit. ”Inilah yang akan jadi pekerjaan rumah terbesar saat ini,” imbuhnya. (eka/r9)
Source: Lombok Post