Warta Mataram, Solo – Kontroversi terkait penolakan Indonesia menjadi tuan rumah pelaksana Piala Dunia U-20 masih terus berlanjut. Hal ini terkait dengan sikap timnas Israel yang dihadirkan pada turnamen tersebut. Politikus PDIP Solo, FX Hadi Rudyatmo, memberikan komentar mengenai sikap Gibran Rakabuming Raka, Wali Kota Solo terkait isu ini. Rudyatmo menyebut bahwa Gibran belum paham konstitusi karena belum lahir. Seperti diberitakan, Gibran memiliki sikap berbeda dengan para politikus PDIP soal timnas Israel sebagai peserta Piala Dunia U-20 tahun 2023.
Tanggapan Gibran atas komentar Rudyatmo ditulis pada akun Twitter pribadinya pada tanggal 31 Maret 2023. Dalam cuitannya, Gibran menyampaikan permintaan maaf serta menyertakan hasil survei persepsi kinerjanya dengan Rudyatmo. Hasil survei yang dilakukan oleh Program Studi S2 Magister Administrasi Publik Unisri Solo menunjukkan bahwa Gibran mendapatkan 76,80% sementara Rudyatmo hanya mendapat 12,30% dari responden.
Dari 560 responden, sebanyak 430 orang menilai kinerja Gibran lebih baik dibanding Rudyatmo. Ini menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Solo mendukung kinerja Gibran sebagai Wali Kota Solo saat ini.
Sebelumnya, rencana Indonesia menjadi tuan rumah pelaksana Piala Dunia U-20 telah dibatalkan oleh FIFA. Hal ini terkait dengan penolakan dari beberapa pihak termasuk politikus dari PKS dan PDIP seperti Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, dan Gubernur Bali, I Wayan Koster. Penolakan tersebut dilatarbelakangi oleh konflik antara Palestina dan Israel yang belum kunjung mereda hingga saat ini.
Menurut Rudyatmo, penolakan timnas Israel merupakan sikap dari kader PDIP untuk menjaga ketertiban dan keamanan di daerah masing-masing. Namun, Rudyatmo membantah bahwa PDIP melakukan blunder terkait penolakan timnas Israel dan pembatalan Piala Dunia U-20 di Indonesia. Menurutnya, PDIP mengambil langkah antisipatif jika terjadi penolakan terhadap kedatangan timnas atau delegasi Israel ke Tanah Air.
Kontroversi ini memperlihatkan bahwa isu politik dan agama masih menjadi topik yang sensitif di Indonesia. Meskipun Indonesia tidak menjadi tuan rumah pelaksana Piala Dunia U-20, hal ini menjadi pengalaman berharga untuk menghindari polemik serupa di masa depan. (*)