Ada banyak cita-cita yang ingin dilakukan setiap perempuan, salah satunya menjadi seorang ibu. Sebuah pekerjaan yang mulia dan akan terus berlangsung dalam jangka waktu panjang. Di balik kasih sayang dan cinta seorang ibu, ada banyak sekali perjuangan, pengorbanan, dan perasaan yang harus dihadapi—dan tidak selalu mudah. Memperingati hari ibu internasional yang jatuh di hari Minggu ke 2 di bulan Mei, ada rekomendasi film tentang ibu yang bisa ditonton sekaligus memahami bagaimana rasanya menjadi ibu.
Film Bertema Ibu
Yes Day (2021)
Memiliki anak dengan beragam karakter menjadi tantangan tersendiri dalam mendidiknya. Tidak semua apa yang orangtua—khususnya ibu—katakan akan dilakukan dan anak hanya ingin melakukan apa yang dia mau. Tidak sejalan dengan ibu? Siap-siap mendengar “NO!” dalam jumlah tak terkira. Menyadari ada yang salah dalam hal pengasuhan, Allison Torres (dipernakan Jennifer Garner) dan suaminya Carlos Torres (diperankan Edgar Ramirez) memberikan “yes” pada hal apapun yang ingin dilakukan ketiga anaknya selama sehari penuh, seaneh apapun itu. Ketiga Torres bersaudara sudah menyiapkan daftar kegiatan yang harus dijalani mereka berlima, mulai dari tidak boleh mengungkit urusan kantor di rumah, makan es krim sebagai sarapan, main Ninja Warrior, hingga pergi ke theme park bersama. Meski terlihat menyenangkan, tetap saja ada konflik yang memantik keluar antara ibu dan anak. Meski kerap tidak suka dengan tingkah anaknya, Allison tetap berusaha berjuang demi kebahagiaan dan keselamatan anaknya, meskipun harus mempertaruhkan harga dirinya. Carlos Torres sebagai suami dan ayah berusaha untuk tenang dan waras menghadapi anggota keluarganya. Perbedaan zaman dan kebutuhan setiap anak di berbagai usia kadang tidak bisa dihindari, tidak bisa selalu menuntut. Yang bisa dilakukan orang tua adalah menjadi teman, hadir di dunia anak-anaknya sepenuhnya, kembali menjadi “anak-anak” agar bisa paham. Tugas mendidik dan mendampingi anak bukan hanya bagian ibu. Para ayah pun lebih baik melakukan hal yang sama, bekerja sama dengan istri dan anak demi menciptakan keluarga harmonis yang sebenarnya, bukan sekadar foto pura-pura bahagia yang dipamerkan di sosial media.
Why Did You Kill Me (2021)
Cinta seorang ibu sepanjang masa, meski sang anak tercinta sudah tidak bersama di dunia. Sebuah film documenter bercerita tentang perjuangan seorang ibu di Amerika Serikat bernama Belinda Lane mencari siapa yang membunuh anaknya, Crystal Theobald. Putri Belinda meninggal setelah menjadi korban penembakan misterius di jalanan pada tahun 2006. Menghadapi kenyataan bahwa putrinya meninggal dengan cara tidak wajar, Belinda berniat mencari tahu pelaku dan alasannya melakukan hal itu. Dengan berbekal informasi dari berbagai sumber, Belinda memiliki sedikit petunjuk bahwa pelakunya adalah anggota geng dan memiliki akun sosial media MySpace. Belinda yang dibantu keponakannya, Jamie, membuat akun MySpace dengan nama Angel dan menggunakan foto Crystal sebagai profile picture. Dari situ, Jamie yang memegang akun MySpace palsu itu berhasil menarik beberapa pria untuk berkenalan dan mengulik informasi yang berkaitan dengan geng tersebut untuk diselidiki lebih lanjut oleh polisi.
Kim Ji-young Born in 1982 (2019)
Diangkat dari sebuah buku karya Cho Nam-ju. Film ini mengisahkan tentang seorang yang baru saja memiliki peran baru sebagai seorang ibu dari bayi perempuan bernama Kim Ji-young (diperankan Jung Yu-mi). Menjadi seorang ibu rumah tangga dan menjalani rutinitas yang sama membuat Kim Ji-young mulai kehilangan jati dirinya. Tidak hanya itu, lingkungannya menuntut perempuan untuk menjadi “serba bisa” dan “harus sempurna” dalam hal apapun. Belum lagi ditambah dengan konflik-konflik rumah tangga, baik dengan ibu kandung, suami, ibu mertua—sosok yang sering bikin perempuan ketar-ketir saat memasuki dunia pernikahan—hingga potret anak laki-laki yang masih dipandang istimewa dan tidak boleh bersentuhan dengan urusan rumah tangga. Dalam film ini, diperlihatkan bagaimana Kim Ji-young harus menghadapinya dengan berbagai perasaan mengganjal di hati tapi tidak ada yang menghiraukan dirinya dan hampir kehabisan napas untuk bertahan hidup hingga mengalami depresi. Sebuah “sentilan” sekaligus pembelajaran bagi siapapun untuk lebih menghargai dunia perempuan yang sudah menjadi ibu untuk bisa hadir dan mendampingi, bukan hanya menuntut tanpa berkontribusi apapun.
Ditulis oleh Annisa Balqis