Warta Mataram – Minggu, 14 November 2021, di Taman Budaya Provinsi Nusa Tenggara Barat kembali tergelar Evaluasi Olah Seni yang ke-2 kali pada tahun ini. Setelah pementasan olah seni pertama yang dilakukan beberapa bulan lalu, Evaluasi Olah Seni kembali menyuguhkan aksi kehebatan anak-anak didik yang tergabung di dalam Program Olah Seni. Banyak penonton terhipnotis dengan penampilan yang luar biasa dari anak-anak tersebut.
Olah Seni yang merupakan sekolah non-formal ini memiliki tingkatan, yaitu dari TK sampai SMA. Dalam Olah Seni tersebut diajarkan berbagai kesenian seperti, kesenian bermain biola, gitar, tari, seni rupa, belajar vokal, dan sebagainya.
Dalam Evaluasi Olah Seni kedua ini menghadirkan pementasan dari cabang seni dengan pelatihnya yang luar biasa. Kelas musik tradisi yang dibina oleh I Gede Sudiartha, kelas musik gitar dibina oleh Giyanto, kelas biola dasar A oleh Pahman Saputra, Kelas biola B oleh Btari Ning Soejiwa, dan kelas vokal oleh Pipiet Tri Pitaka.
Tak ketinggalan juga dari Kelas Tari menunjukkan tarian hebatnya yang dilatih oleh para penari handal tentunya. Seperti di Kelas Dasar Tari yang dibina oleh Mulya Ayu Astari, Kelas Menengah A oleh Dewi Kesuma, Kelas Menengah B oleh Arie Sulistyawati, dan Kelas Lanjutan oleh Ni Made Santi Widya Sari. Pementasan terakhir dari Kelas Eksperimentasi yang dibina oleh I Desak Putu Leratinyngsih.
Kepala Taman Budaya Provinsi NTB, Mamiq Lalu Manan, S.Pd, atau akrab dipanggil Mamiq Manan, sangat mensupport kegiatan Evaluasi Olah Seni tersebut. Bahkan Evaluasi Olah Seni disebut sebagai ikon dari Taman Budaya NTB.
“Program Olah Seni ini merupakan ikon dari Taman Budaya NTB, yang sudah disebarluaskan ke tingkat Provinsi maupun Nasional. Hal yang membedakan Evaluasi Olah Seni pertama dengan yang kedua kemarin adalah terpilihnya 2 siswa terbaik dari masing-masing cabang Olah Seni dari tingkat TK sampai SMA. Itu merupakan salah satu bentuk apresiasi kami bagi siswa yang rajin belajar mengikuti proses selama 1 tahun ini,” ujar Mamiq Manan.
Bukan hanya siswa saja yang mendapatkan penghargaan atau apresiasi, tetapi Evaluasi Olah Seni kali ini juga memberikan apresiasi kepada 8 budayawan atas jasa-jasa beliau. Budayawan yang mendapatkan penghargaan tersebut ada yang berasal dari Kabupaten Bima, Dompu, Sumbawa, Sumbawa Barat, Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Utara, dan Mataram.
Itulah hal yang membedakan Evaluasi Olah Seni Pertama dengan yang Evaluasi Olah Seni yang kemarin. Apresiasi itu perlu untuk menumbuhkan semangat agar lebih serius lagi dalam berproses ke depannya.
Tahun depan, Evaluasi Olah Seni akan tetap dilaksanakan dengan konsep yang berbeda supaya berbeda dengan Evaluasi Olah Seni tahun ini.
“Untuk ke depannya, rencananya saya ingin buat seperti opera, jadi seperti menyambung gitu, kalau sekarang kan pentasnya satu-satu. Rencananya saya ingin kolaborasi nanti musik gitar dengan biola dan lainnya untuk menjadi satu pementasan seperti opera. Semoga saja bisa terealisasikan. Dan rencananya juga mau nambah cabang seni lagi seperti puisi. Nanti kita akan ke sekolah-sekolah untuk mengajak bergabung juga. Dan untuk pelatih rencananya akan diganti tiap tahun karena SK-nya hanya 1 tahun. Nanti kita akan cari pelatih yang sudah memiliki karya dan banyak pengalaman tentunya,” ujar bu Asti selaku Kepala Seksi Pelestarian Budaya yang memegang Program Olah Seni tersebut.
Harapan untuk Evaluasi Olah Seni tahun ini bisa dijadikan pelajaran supaya tahun depan lebih baik dan bisa membawa harum nama baik NTB melalui kesenian dan budayanya.
“Untuk tahun depan semoga lebih banyak juga yang ingin bergabung dan belajar kesenian di Taman Budaya, supaya nanti bisa dikembangkan ketika sudah berada di lingkungan masyarakatnya,” tambah Mamiq Manan saat diwawancarai. (rwm)