Warta Mataram – Enam sekolah tampil pada pagelaran Gebyar Seni Pelajar 2021 yang diadakan Taman Budaya Provinsi NTB pada hari ini, Rabu (8/9). Sekolah-sekolah tersebut adalah SLBN 1 Lombok Barat, SMAN 1 Gunung Sari, SMAN 1 Seteluk – Kabupaten Sumbawa Barat, SMKN 1 Praya Timur, SMAN 1 Gangga – Kabupaten Lombok Utara, dan SMKN 1 Seteluk – Kabupaten Sumbawa Barat.
SLBN 1 Lombok Barat (lihat detail klik di sini) yang berlokasi di JL. Sonokeling, Dasan Geria, Lingsar, ini berdiri sejak tahun 1997 dengan nama SLBN Dasan Geria. Izin operasionalnya dimulai dari bulan Juli tahun 1997 dengan menerima siswa semua ketunaan, dari tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita, dan tunadaksa. Siswa-siswi dari SLBN 1 Lombok Barat menampilkan dua tarian, yaitu tari peresehan dan tari dende seleh. Tari peresehan ditampilkan oleh 4 siswa, sedangkan tari dende seleh ditampilkan oleh 3 siswi. Dengan “kelebihan” yang dimiliki, beberapa siswa-siswi SLBN 1 Lombok Barat berlatih menari setiap hari, dengan teknik menghitung ketukan, agar tercipta keseragaman antara gerak dan musik.
Tari peresehan adalah tarian yang tercipta dengan mengadaptasi olahraga tradisional masyarakat suku sasak, bukan kesenian yang bersifat mencari musuh, tetapi merupakan olahraga yang bisa menyatukan rakyat suku sasak untuk mencintai budayanya yang sangat beragam. Latar belakang peresehan adalah luapan emosional para raja pada masa lampau ketika menang dalam perang tanding melawan musuh. Peresehan juga digunakan para pemandu untuk melatih ketangkasan, ketangguhan, dan keberanian dalam bertanding. Sekarang ini peresehan digelar untuk menyambut tamu atau wisatawan yang berkunjung ke Lombok. Tari dende seleh menceritakan tentang putri-putri kerajaan yang cantik sedang bermain di taman sambil menikmati pemandangan yang indah. Tari ini memiliki gerakan yang indah dan lincah, sehingga enak dilihat, menggambarkan betapa rukun dan cantiknya putri-putri tersebut.
Siswa-siswi SMAN 1 Gunung Sari (lihat detail klik di sini) menampilkan konsep Unity in Diversity dalam bentuk tari tradisional, tari modern, paduan suara, band, perkusi, dan musikalisasi puisi. Total peserta berjumlah 19 orang. Dibuka dengan seorang penari putri yang menari diiringi musik tradisional dari berbagai daerah, dilanjutkan dengan masuknya 7 pemain perkusi dengan iringan musik Janger. Setelah itu, seorang modern dancer putri menari dengan lincahnya. Sajian selanjutnya berupa musikalisasi puisi, band, dan paduan suara.
Siswa-siswi SMAN 1 Seteluk, Kabupaten Sumbawa Barat, (lihat detail klik di sini) menampilkan tari tanges intan e. Tari tanges intan e, tari tangisan ibu pertiwi, merupakan tarian perpaduan dari berbagai unsur yang merupakan etnik Samawa dan tari nusantara. Tarian ini menceritakan tentang keseruan siswa-siswi saat menuntut ilmu di sekolah. Keseruan itu digambarkan melalui gerak-gerik tari yang harmonis dan indah. Enam penari putri tampil begitu memukau dengan diiringi lagu khas daerah Sumbawa. Beberapa saat kemudian tampilah dua penari putra. Mereka berdelapan menari seraya diiringi lagu dengan pesan kepada masyarakat agar senantiasa mematuhi protokol kesehatan di masa pendemi ini.
Siswa-siswa SMKN 1 Praya Timur (lihat detail klik di sini) menampilkan tarian tajuk pare bumi gora. Tajuk pare merupakan proses penanaman benih padi di pulau Lombok, terutama Lombok bagian selatan. Di daerah-daerah khusus yang sulit dari jangkauan irigasi, sesekali musim hujan datang, para petani berbondong-bondong mengadakan pesta ritual budaya tani. Tujuh penari putri menggunakan kostum bernuasa hitam-hitam, topi khas petani, dan membawa alat tumbuk menari dengan lincahnya diiringi musik yang rancak.
Siswa-siswa SMAN 1 Gangga, Kabupaten Lombok Utara, (lihat detail klik di sini) menampilkan drama teatrikal berjudul “Mentang-Mentang dari New York”. Ikah seorang gadis kampung yang baru kembali dari New York. Di New York, ia hanya tinggal 1 tahun menjadi penata rambut dan kecantikan. Ketika sampai di kampung halamannya, ia lupa dengan nuansa “kampung”. Rumah dan seisinya dia permak agar mendekati suasana New York. Dia tidak lagi ingin dipanggil Ikah, tapi Franceska. Ibunya pun tidak ingin dipanggil Bi Atang, tapi Nyonya Aldila, agar lebih beradab seperti orang-orang New York. Perubahan ini membuat bingung ketiga teman-teman Ikah, termasuk tunangannya, yang akhirnya memilih bertunganan dengan orang lain. Sungguh cerita yang cukup kompleks, namun disajikan dengan ciamik, ada nuansa humor dan romansanya, oleh siswa SMAN 1 Gangga.
Siswa-siswi SMKN 1 Seteluk – Kabupaten Sumbawa Barat, (lihat detail klik di sini) sebagai penampil terakhir di hari pertama Gebyar Seni Pelajar 2021 menghadirkan drama musikal dengan tema permainan anak-anak yang menjunjung tinggi semangat gotong-royong. Tarian ini untuk “mengingatkan” generasi muda saat ini yang lebih akrab dengan gawai daripada permainan tradisional. Alat musik yang digunakan pun merupakan alat musik tradisional, berupa gendang dan gong. Sekitar 12 siswa-siswi SMKN 1 Seteluk tampil memukau dengan baju bernuansa putih-putih. (yudawm)