Wartamataram – Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tengah bersiap menyambut era pertumbuhan ekonomi yang lebih mandiri dan berkelanjutan, dengan menitikberatkan pada sektor non-tambang.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi NTB memproyeksikan pertumbuhan ekonomi non-tambang daerah ini akan mencapai 6,2% hingga 7,2% pada tahun 2025. Proyeksi optimis ini muncul di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan akibat kontraksi signifikan pada sektor tambang.
Deputi Kepala Perwakilan BI NTB, Andhi Wahyu Riyadno, menyatakan bahwa prospek cerah ini ditopang oleh investasi yang solid, konsumsi rumah tangga yang stabil, dan terutama oleh sektor pertanian yang kuat.
“BI proyeksikan pertumbuhan ekonomi NTB tanpa tambang di angka 6,2% – 7,2% pada 2025,” ungkap Andhi, Rabu (25/6).
Pertanian Jadi Andalan
Sektor pertanian menyumbang hampir seperempat PDRB NTB, menjadikannya sebagai tulang punggung perekonomian daerah. Keberhasilan program pangan nasional, cuaca yang stabil, serta pembangunan smelter yang mulai menyerap hasil pertanian lokal turut memperkuat optimisme ini.
Salah satu program unggulan adalah pengembangan varietas padi Gamagora 7 melalui demplot di 250 hektare lahan. Petani diberi benih organik dan panduan pemupukan semi-organik, dengan target peningkatan hasil panen dari 5 ton menjadi 8–10 ton per hektare, sekaligus mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.
Sektor MICE & Event Nasional
Pemerintah Provinsi NTB juga menggencarkan event nasional dan kegiatan MICE untuk menghidupkan sektor pariwisata. Agenda besar dijadwalkan mulai akhir Juni, dengan harapan meningkatkan lama tinggal wisatawan (longstay) dan mendorong belanja wisata.
“Kami ingin wisatawan tinggal lebih lama dan belanja lebih banyak,” ujar Andhi.
Optimisme Berbasis Diversifikasi
Kendati proyeksi tinggi, BI tetap waspada terhadap faktor eksternal seperti geopolitik global dan inflasi. Namun, dengan struktur ekonomi yang semakin terdiversifikasi, BI tetap optimis target tersebut bisa tercapai.