counter hit make

Dudung diserang karena rusak strategi matang bentrokan TNI vs Polri

Jenderal Dudung Abdurachman

KSAD Jenderal Dudung Abdurachman belakangan ramai diserang di sosmed. Dudung diserang lantaran dianggap tokoh sentral yang mesti dibasmi oleh kelompok pendukung khilafah.

Narasi itu setidaknya disampaikan oleh pegiat media sosial Eko Kuntadhi. Menurut dia, Dudung saat ini memang tengah ramai diserang di sosmed karena merupakan bagian dari target utama mereka.

“Siapa lagi yang nyerang selain pengasong agama dan khilafah. Jenderal Dudung kini memang jadi target serangan. Mereka marah, karena naiknya eks Pangdam Jaya ini menjadi KSAD telah memporak-porandakan strategi besar mereka yang sudah menyusun sedemikian rupa,” kata Eko Kuntadhi di saluran Youtube Cokro TV, dikutip Rabu 8 Desember 2021.

Kata Eko, salah satu strategi kelompok pengasong agama atau pendukung khilafah ini adalah menyusup ke kalangan militer. Alasannya simpel, lantaran TNI dan juga Polri punya senjata.

Jika mengacu pada pengalaman di Yordania, Mesir, Irak, sampai Bangladesh, memang sudah kelihatan jika percobaan kudeta militer di sana, terjadi karena ada kelompok yang dibina oleh pengasong khilafah.

KSAD Jenderal Dudung saat tausiyah di masjid Jayapura. Foto: Ist.
KSAD Jenderal Dudung saat tausiyah di masjid Jayapura. Foto: Ist.

Bahkan pembunuhan tokoh politik, ketika dilacak pelakunya, mereka adalah bagian dari organ militer yang telah diracuni ideologi khilafah.

“Strategi inilah yang tengah dijalankan pengasong agama, untuk masuk mempergaruhi pihak yang punya senjata, seperti TNI dan Polri. Mereka seperti benalu, selalu cari inang baru, meracuni, untuk kemudian diledakkan dalam kudeta,” kata Eko.

Dudung hantam kelompok khilafah

Menurut Eko, mereka hingga kini memang terus berusaha masuk ke TNI dan Polri, mempengaruhi kegamamaan para pemegang keamanan, yang ujung-ujungnya diminta untuk melakukan pemberontakan.

Mereka, kata Eko, juga sering membenturkan kekuatan TNI dan Polri. Hal ini bisa terlihat dari pola-polanya. Sebut saja ketika TNI dipegang Gatot Nurmantyo, kelompok ini selalu menyerang Polisi dan memuji TNI.

“Kebencian kepada Polisi terutama Densus juga terus dieksploitasi dan mereka terus tepuk-tepuk tangan, agar terjadi benturan, agar ada bentrok yang pegang senjata. Kalau itu terjadi, pengasong agama akan bersorak agar apinya makin membesar terus,” katanya.

Dan kini, pengangkatan Dudung diasumsikan sangat dikhawtirkan kelompok pendukung khilafah. Dan itu terbukti, karena Dudung menghambat strategi besar yang merreka rancang itu.

Ilustrasi aparat TNI-Polri. Foto: Okezone
Ilustrasi aparat TNI-Polri. Foto: Ist

“Kita semua tahu Dudung itu TNI merah putih, jenderal taat beragama. Tetapi cinta merah putih dan cinta agama bukan saling menegasikan,” katanya.

Bagi Dudung, cinta negara dan agama tidak harus memilih. Melainkan harus sesuai porsi. Maka itu, Dudung kerap bergerak tegas pada kelompok pengasong agama. Dari sanalah statemen Dudung kemudian sering dipelintir, mulai dari statemen Tuhan bukan orang Arab, sampai beragama tak perlu terlalu dalam.

Ancaman radikalisme

Dalam data lain yang disebutkan Eko, sebetulnya bukan cuma kalangan TNI dan Polri saja yang mengalami ancaman penyusupan radikalisme. Sebab Menpan RB Tjahjo Kumolo juga ikut mengeluhkan kondisi-kondisi seperti itu.

Tengok saja saat banyaknya pejabat eselon satu di kementeriannya yang tak lolos karena entah suami atau istrinya kerap mengunjungi atau mampir ke ustaz-ustaz radikal. Padahal, mereka adalah doktor lulusan luar negeri, memiliki pengalaman yang cukup, namun batal masuk jadi pejabat karena masalah di atas.

Maka itu, menjadi wajar jika kini banyak ditemukan maraknya foto Kapolri dan Panglima saling bergandengan tangan. Kata Eko, ini memang sengaja terus disebar agar memberi keyakinan pada prajurit bahwa tak ada pihak yang bisa mengadu dua kekuatan penjaga merah putih ini.

“Dan mereka (Kapolri dan Panglima) sudah paham ada usaha besar untuk membentur-benturkan TNI dan Polri,” katanya.

Artikel dari Hops.ID