MATARAM-Kekhawatiran kasus Wabah Covid-19 meledak di NTB pascalibur Lebaran benar-benar terjadi.
NTB masuk provinsi lima besar di Indonesia dengan kenaikan kasus Covid terbanyak setelah libur hari raya Idul Fitri.
NTB berada di bawah provinsi Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, dan Jakarta.
Kondisi ini terhitung sejak tanggal 14 Mei hingga 25 Mei dari hasil rapat terbatas di Istana Kepresidenan di Jakarta. NTB mencatat penambahan kasus hingga 434 orang positif Covid.
Anggota Komisi V, DPRD NTB Akhdiansyah pun mengingatkan lagi agar Gubernur dan jajarannya lebih serius lagi menangani persoalan wabah ini. Gubernur diminta tidak asyik bermain narasi tetapi fakta di lapangan malah membuat situasi semakin buruk.
“(Kata Gubernur) biarkan rindu mengalir (boleh mudik, Red) dan Covid tegar menyebar dengan cetar,” sentil, politisi PKB itu, kemarin (27/5).
Kini data peningkatan itu tidak bisa dibantah. Bisa saja salah satunya dipicu pernyataan Gubernur yang salah diartikan sebagian masyarakat sebagai menganggap remeh situasi.
“Niatnya (Gubernur, Red) mungkin mau menenangkan (Masyarakat), eh malah kasus di NTB masuk lima besar,” cetusnya.
Tetapi masih untung, karena kasus penyebaran Covid di NTB tidak menjadi yang pertama di Indonesia. Paling tidak ledakan kasus ini diharapkan dapat segera dikendalikan pemerintah provinsi (pemprov).
“Gubernur juga kadang latah, untung ada surat Mendagri buat urung (boleh Mudik antar daerah), kalau nggak mungkin lebih fatal, akibat ‘biarkan rindu mengalir’,” sentilnya lagi.
Pria yang akrab di sapa Yongki itu berharap ke depan Gubernur dapat lebih berhati-hati dalam memberi pernyataan di publik. Sehingga dampaknya tidak terkesan kontraproduktif dengan dampak di lapangan.
Dia dapat memahami di satu sisi Gubernur berniat baik ingin menghadirkan kebahagiaan bagi warga NTB jelang lebaran kemarin. Tetapi motivasi positif itu seharusnya didasari pula pertimbangan dampak atau risiko bila dilaksanakan.
“Pak Gub, tidak selamanya maksud baik seperti ‘biarkan rindu mengalir’ bisa membawa kebaikan, buktinya sekarang malah 5 besar,” sentilnya.
Bobolnya kasus Covid di NTB pascalibur Lebaran bukti lain bahwa NTB masih sangat permisif dengan standar antisipasi Covid-19.
“Kita sudah sangat apresiasi dengan menurunnya angka Covid NTB sebelumnya,” ujarnya.
Tren penurunan itu seharusnya dapat dipertahankan. Mengingat hal itu sangat dibutuhkan untuk membangkitkan kepercayaan daerah NTB sebagai daerah aman dan nyaman dari potensi penyebaran wabah.
Dengan demikian diharapkan sektor ekonomi termasuk di dalamnya pariwisata kembali dapat bangkit. “Saya juga heran ya, satgas Covid ini kok kecolongan lagi,” ungkapnya masygul.
Idealnya sudah menjadi tugas dan fungsi Satgas menyiapkan langkah antisipasi. Setidaknya untuk potensi peningkatan kasus pascalibur Lebaran. Bukan malah terkesan seperti gelagapan karena kasus bertambah.
“Inilah tugas Satgas Covid dan jajarannya, harusnya tetap bekerja keras dan inovatif, setidaknya mengantisipasi angka covid-19 tetap landai dan syukur kalau bisa turun terus-menerus, kan masyarakat berterima kasih,” ujarnya.
Tetapi kalau kasusnya malah meningkat seperti saat ini, kinerja satgas akhirnya dipertanyakan. “Kalau meninggi kasihan masyarakat harus kembali dibuat khawatir,” pungkasnya. (zad/r2)
Source: Lombok Post