counter hit make

Bertambah 10 Juta, Harga Rumah Subsidi di NTB Naik 6% pada 2023

Oleh: Harian Noris Saputra
Wartamataram.com, Mataram – Harga kredit pemilikan rumah (KPR) fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) atau rumah subsidi di Nusa Tenggara Barat diprediksi akan naik 6 % pada 2023 disebabkan karena naiknya harga material bangunan.
Harga rumah subsidi pada 2023 bertambah Rp10 juta menjadi Rp178 juta, dari harga saat ini Rp168 juta. Ketua Real Estate Indonesia (REI) NTB, Heri Susanto, menjelaskan banyak faktor yang membuat penyesuaian harga harus dilakukan oleh pengusaha properti pada 2023. Faktor utama yang membuat harga rumah subsidi naik yakni harga material bangunan sudah naik sejak 2022 dan jika harga rumah subsidi masih tetap Rp168 juta dinilai akan memberatkan pengembang rumah subsidi.

Kemudian harga tanah di NTB terus meningkat setiap tahun, termasuk di 2023 harga tanah diproyeksikan naik karena ekonomi mulai pulih.

“Saatnya pengusaha menikmati untung yang sesuai setelah dua tahun tidak merasakan untung karena tidak bisa menaikkan harga rumah. Selama pandemi tidak ada kenaikan harga,” ujar Heri. Sementara itu, REI NTB juga mencatat penjualan rumah subsidi di NTB jelang akhir 2022 ini melambat, karena dari kuota yang disediakan untuk NTB belum semua diserap oleh konsumen.

Sebagai informasi, untuk 2022 kuota rumah subsidi se Indonesia mencapai 200.000 unit, dan pada 2023 akan ditambah 20.000 unit. NTB menjadi salah satu daerah yang banyak dibangun rumah subsidi untuk membantu pekerja dengan gaji dibawah Rp4 juta bisa memiliki rumah.

“Selain naiknya harga tanah dan material bangunan, kami berani menaikkan harga rumah subsidi karena pertumbuhan ekonomi sudah positif, itu menandakan daya beli masyarakat akan meningkat,” jelas Heri, pada Rabu (30/11/2022). Selama dua tahun sejak pandemi Covid-19, harga rumah subsidi tidak dinaikkan untuk menjaga daya beli masyarakat yang ingin memiliki rumah subsidi dengan skema kredit rendah. Tetapi selama dua tahun tersebut pengembang tidak mendapatkan laba yang sesuai karena menanggung harga material bangunan yang semakin mahal. (*)