Berita Mataram – Pandemi Covid-19 menyebabkan terganggunya aktivitas sosial, ekonomi hingga pendidikan, namun di saat yang sama pandemi ini melahirkan berbagai peluang baru khususnya pada industri menengah kecil. Dibutuhkan akselerasi ekonomi di berbagai daerah di Indonesia, khususnya di daerah yang sebelumnya terkena bencana alam seperti Provinsi NTB.
Hal itu disampaikan Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah saat tampil sebagai pembicara dalam webinar Government Roundtable Series Covid-19 New, New and Post NTB, dengan tema “NTB : Akselerasi Pemulihan Ekonomi” yang berlangsung, Senin (13/07/2020).
Dalam kesempatan ini Gubernur NTB menyampaikan selain menurunkan angka penyebaran Covid-19, Pemerintah Provinsi NTB juga berupaya mengatasi dampak sosial ekonomi yang ditimbulkannya. Sehingga pandemi ini tidak memunculkan masalah baru seperti kelaparan dan kemiskinan.
“Sehingga nanti jika kita tidak hati-hati, kita akan selamat dari virusnya tetapi akan sengsara karena ekonomi kita yang tidak bergerak dan menghasilkan malapetaka yang jauh lebih besar,”jelasnya.
NTB yang sangat bergantung pada sektor pariwisata memerlukan upaya yang sungguh-sungguh untuk menghindari lambatnya pergerakan ekonomi. Sebab hal ini dapat berdampak pada peningkatan angka pengangguran, kemiskinan dan bahkan berakibat pada persoalan lainnya. Namun dibalik semua ini, Pemprov mengambil peluang dengan menghadirkan Jaring Pengaman Sosial (JPS) Gemilang yang berisi produk-produk lokal untuk membantu IKM dan UMKM NTB.
“Oleh karena itu kami mengambil jalan yang cukup terjal untuk membuat JPS Gemilang dalam bentuk non-tunai. Jika dalam bentuk tunai, menurut pengalaman kami, masyarakat hanya tenang sejenak tetapi tidak untuk membeli komoditas melainkan untuk pulsa, bahan bakar dan lain-lain,” terangnya.
Program ini kata Gubernur membangkitkan semangat dan rasa percaya diri masyarakat NTB khususnya para pelaku usaha. Dimana sebelumnya banyak konsumen yang membeli barang dari Pulau Jawa bahkan dari luar negeri, tetapi kini masyarakat mulai bangga menggunakan produk-produk lokal.
“Masker bisa kita bikin sendiri, Alat Pelindung Diri bisa kita bikin sendiri dan banyak produk-produk yang lain. Apalagi tema besar dalam pemerintahan kami salah satunya adalah industrialisasi,” tutur Bang Zul, sapaan akrab Gubernur.
Industrialisasi ini lanjut Bang Zul tidak identik dengan pabrik-pabrik besar. Sering juga masyarakat menyalahartikan bahwa industrialisasi tidak memperhatikan sektor pertanian, perikanan dan peternakan.Padahal sejatinya, industrialisasi menekankan pada nilai tambah.
“Jadi tetap prioritasnya diberikan kepada pelaku peternakan, perikanan dan pertanian, tetapi sekarang produknya diolah dan bergeser pada manufacturing. Oleh karena itu, produk pertanian bisa diolah di sini sehingga proses industrialisasi ini menemukan akselerasinya.” ujarnya.
Terakhir, Bang Zul berharap UKM di NTB dalam tiga bulan ini dapat terus belajar menggunakan teknologi dan melakukan inovasi sehingga pasarnya bukan hanya di NTB melainkan dapat bersaing di pasar nasional bahkan internasional.
“Jadi kami sudah coba mengajak para dinas-dinas kabupaten/kota di NTB untuk bersama-sama, misalnya pada pengadaan beras. Jadi NTB ini berkoordinasi dengan Dinas Ketahanan Pangan masing-masing kabupten/kota untuk memilih UKM yang ada di daerah masing-masing,” katanya.
Sementara itu, Founder and Chairman MarkPlus.Inc Hermawan Kertajaya mengatakan adanya Government Roundtable Series ini mendekatkan hubungan dengan masyarakat. Diharapkan dengan adanya seminar ini dapat mengetahui bagaimana penyebaran akselerasi ekonomi di NTB.
Hermawan mengungkapkan kepada sekitar 300 partisipan yang mengikuti seminar online tersebut, bahwa transformasi digital di NTB tidak main-main.
“Kita akan bersama-sama bagaimana digital transformation di NTB lebih baik kedepannya tanpa menghilangkan persatuan, ini yang penting,” jelasnya.
Sedangkan Kepala Perwakilan Bank Indonesia NTB, Achris Sarwani mengungkapkan bahwa NTB belum terdampak dari sisi ekonomi oleh Covid-19 ini. NTB masih bisa tumbuh 3,19% di quarter 1, dibandingkan tahun sebelumya yang hanya tumbuh 1,70%. NTB berada di angka yang lebih tinggi dari angka nasional yang berada pada angka 2,97%. Selanjutnya Achris menjelaskan dampak gempa lebih berat dibandingkan dengan dampak dari Covid-19.
“Karena kita terkena secara fisik dan kita juga harus menyelesaikannya secara fisik,” terangnya.
Achris melanjutkan bahwa Bank Indonesia fokus memperkuat sektor produksi dan industri pengolahan, sehingga mampu menghasilkan produk yang berdaya saing dan bernilai tambah yang lebih tinggi melalui proyek dan investasi yang didorong dan dipermudah masuk ke NTB.
“Sekaligus sebagai proses menyiapkan perbaikan kapasitas ekonomi lokal untuk menyongsong era aktivitas ekonomi dapat berjalan normal kembali di masa depan,” katanya.
Seminar online ini juga diikuti oleh beberapa kepala daerah, seperti Walikota Mataram, Bupati Lombok Barat, Bupati Lombok Utara dan Bupati Sumbawa Barat.