counter hit make

9 Film Italia Terbaik dan Terpopuler Sepanjang Masa

9 rekomendasi film italia gambar utama

Lingkup sinema tentunya tidak terbatas dari kalangan Hollywood saja. Industri ‘world cinema’ atau sering didefinisikan sebagai ‘film asing’ (bukan berbahasa Inggris) sebagian besar meliputi sinema Eropa, Asia, Australia, Amerika Selatan, dan Afrika. berikut adalah 9 Rekomendasi Film Italia Terbaik versi Sushi.id

Italia, sebagai perwakilan dari benua Eropa, menyimpan banyak harta karun dalam perindustrian filmnya. Aktor dan aktris legendaris dari negri spaghetti ini cukup banyak.

Sebut saja aktris Sophia Loren, Monica Bellucci, Isabella Rossellini, Claudia Cardinale dan Gina Lollobrigida. Juga aktor-aktor kenamaan asal Italia seperti Bud Spencer, Terence Hill, dan Marcello Mastroianni.

Menikmati sinema Italia memiliki rasa tersendiri berkat budaya dan jiwanya yang khas. Dari segi artistik, musik, bahasa, bahkan mimik gaya bicara, sinema Italia memang istimewa.

Ada sejumlah besar sumbangan perfilman Italia ke dalam dunia sinema. Kali ini ada 9 rekomendasi film italia terbaik yang wajib ditonton para pecinta film sejati.

Dijamin, daftar 9 rekomendasi film italia terbaik ini bukan hanya menambah wawasan kamu, tapi juga akan memperkaya ilmu kamu tentang kehidupan dan kemanusiaan.

Malena (2000) – Giuseppe Tornatore

Sutradara Giuseppe Tornatore termasuk sutradara legendaris bukan hanya di Italia tetapi juga dunia. Ia sangat dihormati segenap sineas hebat di mancanegara.

Salah satu karya Tornatore yang tidak terlupakan adalah film Malena. Dibintangi aktris cantik Monica Bellucci, Malena adalah potret dua sisi sifat manusia.

Malena, perempuan super cantik yang tinggal sendiri karena suaminya pergi perang, harus menahan semua gosip jahat yang beredar tentang dirinya. Semua itu hanya karena kecantikannya.

Semua lelaki menginginkannya, semua perempuan mencemburuinya. Ini juga contoh terbaik dari ungkapan ‘Kecantikan adalah Kutukan’.

Narasi tentang siapa Malena yang sesungguhnya disajikan lewat kacamata seorang remaja lelaki tanggung yang memendam obsesi terhadap Malena.

Dari sudut pandang si anak lelaki, penonton mengetahui dengan pasti siapa Malena. Dengan gamblang, kita mengetahui betapa tidak adil nasib tragis yang menimpa Malena akibat fitnah belaka.

Film ini juga membawa pesan bahwa sifat dengki dan prasangka manusia adalah bentuk murni kejahatan sejati. Malena disajikan terus terang, tanpa basa-basi, sekaligus murni dan indah.

The Battle of Algiers (1966)

Film ini disebut-sebut sebagai salah satu film perang terbaik. Pengambilan gambar yang unik (diambil dengan gaya dokumenter berita) untuk menambah rasa otentik kisahnya.

The Battle of Algiers adalah kisah nyata dari pemberontakan perang Algeria melawan Perancis di Afrika Utara. Film ini dibintangi bekas tentara betulan yang pernah merasakan perang secara langsung.

Sutradara Gillo Pontecorvo menggunakan pendekatan neo-realis dalam mengarahkan filmnya. Ennio Morricone, salah satu penggubah lagu film terbaik di dunia yang meninggal dunia tahun lalu, adalah pencipta musik dalam film ini.

The Battle of Algiers bukan film untuk semua orang. Penceritaannya yang berat dengan gaya semi dokumenter itu mungkin saja membosankan bagi sebagian penonton.

Walau demikian, film ini sangat dramatis saat menceritakan pergerakan gerilya para pemberontak sekaligus metode pelanggaran hukum seperti penyiksaan yang dilakukan oleh para penjajah.

The Battle of Algiers mendapatkan posisi nomor 48 dalam daftar 250 film pilihan para kritikus 2012 dan posisi 120 dalam daftar 500 Film Terbesar Sepanjang Masa dari majalah film Empire. Film ini juga termasuk dalam salah satu dari 100 film Italia yang harus dilestarikan.

The Man With No Name Trilogy (1964-1966)

Sebelum punya nama di Hollywood, aktor legendaris Clint Eastwood memulai karirnya di luar Hollywood. Karena persaingan yang ketat di Amerika, Eastwood memutuskan untuk menerima beberapa proyek di Eropa.

Keputusan yang terbukti tepat saat ia menerima ajakan Sergio Leone, sineas Italia, untuk bermain di film western Italia. Genre western Italia juga punya julukan khusus, yaitu ‘spaghetti western’.

Salah satu spaghetti western paling terkenal adalah trilogi ‘The Man with No Name’. Karakter utama, si koboi tanpa nama ini, adalah tokoh antihero yang diperankan Clint Eastwood.

Trilogi ini terdiri dari A Fistful of Dollars, For a Few Dollars More, dan The Good, the Bad and the Ugly. Walau ceritanya tidak berhubungan, tokoh utamanya mudah dikenali berkat topi cokelat, poncho, sepatu bot dan bibirnya yang selalu mengapit cerutu.

Bagian pertama, A Fistful of Dollars adalah adaptasi dari film karya Akira Kurosawa, Yojimbo (1961). Di Yojimbo, karakter tersebut diperankan aktor terkenal Jepang Toshiro Mifune.

Clint Eastwood berkata bahwa ia sudah mengagumi karakter ronin (samurai tanpa tuan) yang diperankan Mifune, jauh sebelum ia menerima peran di A Fistful of Dollars.

Akan tetapi, Eastwood juga memastikan bahwa interpretasi dirinya terhadap karakter itu sama sekali berbeda dengan versi Mifune. Untuk para penggemar genre western klasik, trilogi ini adalah salah satu yang wajib banget untuk ditonton.

Call Me by Your Name (2017)

Berdasarkan novel berjudul sama karya Andre Aciman, film ini adalah percintaaan yang dipadu dengan proses tumbuh dewasa (coming-of-age). Tokoh utama, remaja bernama Elio, jatuh cinta dengan asisten ayahnya, Oliver.

Cinta sesama jenis yang masih tabu untuk diungkap terang-terangan ini begitu menggebu dan tulus. Namun, Elio tahu bahwa hubungan ini tidak bisa berlanjut.

Oliver hanya sementara tinggal di rumah Elio karena membantu ayahnya yang seorang profesor arkeologi. Elio juga masih meraba-raba tentang orientasi seksualitasnya sendiri.

Apakah rasa cintanya kepada Oliver memang murni? Atau ini hanya hubungan singkat penuh gairah selama liburan musim panas semata?

Sutradara Luca Guadagnino menggambarkan kisah cinta ini dengan begitu indah dan intens. Selain itu, ia beruntung kedua aktor utama Timothee Chalamet dan Armie Hammer memiliki chemistry yang luar biasa kuat.

Call Me By Your Name memiliki naskah yang sangat kuat dan sinematografi cantik dan artistik. Pesan moral yang menggambarkan pentingnya metode parenting yang sehat juga kental di sini.

Dengan dukungan dan bimbingan orang tua yang begitu mencintai Elio, lelaki muda itu akhirnya bisa menerima siapa dirinya, dan menghadapi masa depannya.

Il Postino (The Postman) (1994)

Film yang meraih lima nominasi Academy Awards, termasuk naskah, aktor utama, sutradara dan film terbaik dan menang di kategori musik terbaik ini memang istimewa. Film ini berkisah tentang penyair terkenal asal Chili, Pablo Neruda.

The Postman bukan hanya indah dari aspek sinematografi, ia juga indah akan kisah cintanya yang lucu dan romantis. Saat Pablo Neruda dideportasi ke sebuah pulau kecil di bagian selatan Italia, ia berkenalan dengan seorang tukang pos, Mario.

Mengetahui bahwa Neruda adalah seorang penyair, Mario jadi sangat menggemari syair-syair Neruda. Ia lalu menggunakan syair-syair itu sebagai bagian dari usahanya merayu dan memenangkan hati gadis pujaannya.

Film yang disutradarai oleh Michael Radford ini dibintangi aktor Massimo Troisi sebagai Mario si tukang pos, dan aktor Phillipe Noiret sebagai Pablo Neruda.

Il Postino sangat cocok bagi kamu penggemar genre romance yang juga dipadu sedikit komedi dan pemandangan alam yang indah.

La Vita el Bella (Life is Beautiful) (1997)

Mungkinkah ada sebuah film yang menguras emosi dan air mata penontonnya, sedangkan tak satupun pemain di dalam film itu menangis atau bersedih hati? Jawabannya, ya. Film La Vita el Bella.

Lebih populer dengan judul Life is Beautiful, film karya Roberto Benigni ini (yang sekaligus menjadi pemeran utamanya) sukses menjadi film terbaik Academy Awards pada tahun itu.

Menceritakan nasib tragis para tawanan Yahudi pada masa kekuasaan Nazi Jerman, fokusnya dipusatkan ke perjalanan ayah dan anak lelakinya yang ditawan di kamp konsentrasi Nazi.

Sang ayah berusaha mati-matian agar anaknya tidak merasa takut atau sedih. Ia membohongi anaknya bahwa situasi mereka itu adalah bagian dari sebuah permainan.

Jika mereka menuruti apa yang diminta para tentara, mereka akan menang dan hadiahnya, anak itu bisa menaiki tank. Dengan kebohongan ayahnya tersebut, hari-hari penuh penderitaan tidak dirasakan oleh si anak.

Disinilah adukan emosi habis-habisan dirasakan penonton. Walau banyak adegan komedi lucu akibat tingkah laku si ayah yang tidak kehabisan akal untuk mempertahankan kebohongannya, penonton tahu bahwa semuanya itu palsu.

Kesedihan akan datang di akhir, dan walau sang ayah sukses besar dengan misinya, tapi kebahagiaan yang diharapkan tidak sepenuhnya terjadi.

Life is Beautiful tak pelak lagi menjadi salah satu film bertema kemanusiaan terbaik yang pernah dibuat.

Cinema Paradiso (1988)

 

Sebagai rekomendasi Sushi yang terakhir, film ini mewakili segenap para pecinta film di seluruh dunia. Hal itu karena Cinema Paradiso adalah kisah tentang hasrat dan kecintaan terhadap film.

Satu lagi mahakarya dari sutradara Giuseppe Tornatore, film ini adalah sebuah surat cinta dari Tornatore kepada para movielovers. Semuanya berawal dari sebuah gedung bioskop bernama Cinema Paradiso.

Seorang anak lelaki kecil, Salvatore, tumbuh besar di dalam gedung tersebut. Ia bersahabat dengan petugas pemutar proyektor, Alfredo.

Banyak adegan-adegan lucu sekaligus menyentuh yang disisipi di sepanjang film ini. Kita juga bisa melihat penuh tantangannya proses pemutaran film bioskop pada zaman itu, dengan teknologi yang masih seadanya.

Walau demikian, hal itu tidak menjadi halangan bagi para pecinta film untuk menonton karya-karya para sutradara mancanegara di bioskop kecil tersbut. Apalagi, hiburan dibutuhkan akibat suasana kelam akibat perang.

Salvatore dewasa yang sukses menjadi sutradara film terkenal kembali ke kampung halamannya waktu ia mendengar kabar bahwa Alfredo telah meninggal dunia. Di dalam suasana berkabung, Salvatore melakukan napak tilas akan kehidupannya dulu.

Ia memenuhi berbagai janji yang belum ia tepati. Ia juga mendapatkan berbagai jawaban dari ketidakpastian yang selama ini menggantung.

Dan yang terpenting, ia menerima hadiah istimewa dari Alfredo, yang ternyata selalu menyimpan kenangan akan Salvatore sepanjang hidupnya.

Dengan suasana Italia kuno yang sederhana tapi indah, scoring musiknya yang terkenal itu, Cinema Paradiso adalah salah satu film terbaik yang rugi jika dilewatkan.

Penutup

Sinema dunia memang sangat kaya dengan berbagai film berbobot yang memberikan sesuatu yang baru. Baik itu wawasan, kebudayaan, sejarah dan tentunya nilai-nilai kemanusiaan sebagai pelajaran.

Sinema Italia adalah salah satu pilihannya. Jadi, selamat menikmati film-film Italia ini, mungkin dengan semangkuk gelato dan sepiring lasagna sebagai teman menonton kalian. Ciao, Bella !

Ditulis oleh Naila Fauzia