Pojok Inspirasi – Tidak ada yang instan, semua harus melalui proses perjuangan. Barangkali ungkapan tersebut sangat cocok menggambarkan perjuangan seorang wanita sekaligus seorang ibu dalam membesarkan usahanya dengan brand Dapur Bagus Adzkia yang fokus kepada produk kuliner khususnya dimsum homemade.
Rohayati, seorang wanita berdomisili di Lingsar, Kabupaten Lombok Barat ini memulai usaha dimsumnya berawal dari hobby. Sebelumnya Yati, sapaan akrab Rohayati memulai usaha catering bekal sekolah. Namun karena pandemi Covid-19, sekolah tutup sehingga usahanya pun harus tutup. Suami juga diliburkan hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Alasan inilah yang membuat Yati memutar otak agar roda perekonomian keluarganya tetap berjalan.
Dimsum homemade menjadi pilihan produk pilihan Yati karena Ia memiliki pengalaman bekerja di salah satu restoran dimsum ternama di Jakarta. Namun demikian, usahanya kerap menghadapi berbagai persoalan, salah satunya adalah produk dimsum kurang diminati oleh masyarakat NTB. Selain itu semua olahan produknya serba manual dan belum bisa mengatur waktu.
Sabar dan fokus menjadi kunci utama bagi Yati dalam mempromosikan dimsum buatannya. Berbagai event dan pameran kuliner diikutinya dengan tujuan agar masyarakat mengenal dan mau mencoba produknya. Atas kegigihannya kini dimsum homemade dengan brand Dapur Bagus Adzkia mulai diminati pasar. Tidak hanya masyarakat umum, pejabat yang ada di NTB juga mulai meminati produknya.
Salah satu produk unggulan Yati yaitu siomay udang menjadi salah satu favorit masyarakat NTB. Ia harus kelabakan memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat. “Saya ingin memiliki mesin penggiling tepung dan daging, serta ingin memperluas lapangan pekerjaan,” kata Yati saat diwawancarai oleh WartaMataram.Com.
Saat ini Dapur Bagus Adzkia sudah memiliki outlet tetap yang beralamat di Jln Merpati Ruko B1 samping Giggle Box belakang Apotek kimia Farma Mataram. Ke depannya, Yati ingin membuka beberapa cabang di NTB.
“Bersabarlah dalam berwirausaha, fokuskan pada brand, jangan semua dikerjakan apabila kita tidak bisa membagi waktu dan yang paling penting adalah saling menghargai sesama UKM,” kata Yati sebagai penutup wawancara.